Umroh, Haji Plus & Tour Service Jl. SM. Raja No. 359 Simp. Limun Medan 20219 Hubungi : 061-7875989 Fax : 061-7875989 Phone : 08116001740
Selasa, 30 Agustus 2016
Tata Cara Penyembelihan Hewan Qurban
1. Unta Didirikan dan Yang lain dibaringkan
Jika unta maka dipotong sewaktu ia berdiri, dan itu sunah, ada pun yang lainnya dengan cara berbaring. Hal ini disebutkan beberapa hadits berikut:
وَنَحَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَدَنَاتٍ بِيَدِهِ قِيَامًا
“Dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyembelih Unta dengan tangannya dengan cara berdiri ..”
Dari Ziyad bin Jubeir, dia berkata:
أَنَّ ابْنَ عُمَرَ أَتَى عَلَى رَجُلٍ وَهُوَ يَنْحَرُ بَدَنَتَهُ بَارِكَةً فَقَالَ ابْعَثْهَا قِيَامًا مُقَيَّدَةً سُنَّةَ نَبِيِّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Bahwa Ibnu Umar mendatangi seorang laki-laki yang sedang menyembelih Unta sambil dibaringkan, lalu beliau berkata: “Bangkitkanlah agar berdiri, lalu ikatlah, itulah sunah nabimu Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.”[2]
Didirikan dengan tiga kaki, dan kaki kiri depan diikat, dari Abdurrahman bin Sabith, dia berkata:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابَهُ كَانُوا يَنْحَرُونَ الْبَدَنَةَ مَعْقُولَةَ الْيُسْرَى قَائِمَةً عَلَى مَا بَقِيَ مِنْ قَوَائِمِهَا
“Bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para sahabatnya, mereka menyembelih Unta dengan keadaan kaki kiri depannya terikat, dan Unta berdiri atas tiga kakinya yang lain.”[3]
Sedangkan selain Unta, maka disembelih dengan cara dibaringkan. Berkata Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah:
أما البقر والغنم، فيستحب ذبحها مضطجعة. فإن ذبح ما ينحر، ونحر ما يذبح، قيل: يكره، وقيل: لا يكره.
“Ada pun sapi dan kambing, disunahkan menyembelih dengan cara dibaringkan. Jika terjadi sebaliknya, yang diri justru dibaringkan atau yang baring justru didirikan, maka dikatakan: makruh, ada pula yang mengatakan; tidak makruh.” [4]
*Orang yang Menyembelih*
Disunnahkan orang yang menyembelih adalah yang berkurban, jika dia memiliki keahlian. Demikianlah yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
وَنَحَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَدَنَاتٍ بِيَدِهِ قِيَامًا وَذَبَحَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْمَدِينَةِ كَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ
“Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyembelih Unta dengan tangannya sendiri sambil berdiri, di Madinah Beliau menyembelih dua ekor kambing Kibasy yang putih.”[5]
Namun, bagi yang tidak ada keahlian dianjurkan untuk menyaksikan penyembelihan. Berkata Syaikh Sayyid Sabiq:
ويستحب أن يذبحها بنفسه، إن كان يحسن الذبح، وإلا فيندب له أن يشهده.
“Disunahkan disembelih sendiri oleh yang berkurban, jika dia bisa menyembelih dengan baik, jika tidak bisa, maka dianjurkan untuk menyaksikan.”[6]
Dibolehkan menurut ijma’i ulama bagi orang bisu untuk menjadi penyembelih. Berkata Imam Ibnul Mundzir:
وأجمعوا على إباحة ذبيحة الأخرس.
“Para ulama telah ijma’ (sepakat), bahwa bolehnya sembelihan dari orang bisu.”[7]
2. Tasmiyah (membaca bismillah)
Jumhur (mayoritas) ulama mengatakan wajib membaca bismillah (dan takbir) ketika menyembelih, sebagian lain mengatakan sunah. Namun, yang benar adalah wajib, sebab Allah Ta’ala berfirman:
“Maka makanlah dari (sembelihan binatang-binatang halal) Yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, jika betul kamu beriman kepada ayat-ayatNya.”
(QS. Al An’am (6): 118)
Ayat ini mengaitkan antara keimanan dengan menyebut nama Allah Ta’ala ketika menyembelih, maka tidak syak (ragu) lagi atas wajibnya hal tersebut.
Dari Ibnu Umar, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga bersabda:
وَلَا آكُلُ إِلَّا مَا ذُكِرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ
“Aku tidaklah makan makanan yang tidak disebut nama Allah atasnya (ketika menyembelihnya)."
Minggu, 28 Agustus 2016
Tuntunan Islam dalam Menghadapi Cobaan
Ditulis dari kajian Ustadz Abu Haidar 18 October 2012 – KBRI muscat Oman
Kita ketahui bahwa hidup ini tidak mudah, sebagian orang merasa lebih banyak sedih daripada senang dan bahagia. Apakah lebih menguntungkan banyak sedih ataukah banyak bahagia? Pandangan orang awam, lebih menguntungkan banyak bahagia ketimbang menderita. Padahal dalam tuntunan islam lebih menguntungkan banyak mendapatkan penderitaan daripada banyak mendapatkan kebahagiaan. Mengapa?
Karena orang yang menderita, saat itu sedang mendapatkan limpahan pahala tanpa harus beramal. Tanpa beramal kecuali amalan batin dan amalan lahir yang ringan. Amalan batin yang ringan adalah sabar sedangkan amalan lahir yang ringannya adalah berdoa.
Keuntungan yang diperoleh oleh orang yang menderita adalah:
1. Gugurnya dosa, tanpa harus taubat dari dosa tersebut
Dosa itu berguguran hanya dengan menderita, baik penderitaan lahir ataupun batin.
Contoh penderitaan batin: sedih, resah, gelisah, dihina orang, kecewa.
Contoh penderitaan batin: sedih, resah, gelisah, dihina orang, kecewa.
Walaupun penderitaannya hanya seperti itu, dosa-dosa kita berguguran dengan jumlah yang sama dengan kadar penderitaan kita.Makin menderita makin banyak dosa yang gugur. Darimana kita tahu?
Berdasarkan hadist Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh imam Bukhari dan Muslim yang artinya :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Tidaklah menimpa seorang mukmin kelelahan, sakit, keresahan, kesedian dan penderitaan sampai ada duri yang melukai kulitnya, kecuali semua itu Allah mengampuni dosa orang tersebut karena penderitaannya tadi.
Abdullah bin Mas’ud ra berkata:
Aku masuk menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau saat itu sedang mengalami sakita kepala, pusing pening. Lalu aku berkata, ya Rasul kelihatannya engkau sedang sangat-sangat pening, kata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ya aku merasakan pening kepala seperti rasa pening yang dialami dua kali lipat yang biasa engkau alami. Lalu Abdullah bin Mas”ud berkata, kalau begitu engkau (Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam) mendapatkan dua pahala ya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau menjawab, ya seperti itu, tidaklah seorang muslim ditimpa suatu penyakit atau tertusuk duri bahkan yang lebih kecil daripada itu kecuali dengan hal itu Allah akan mengampuni dosanya dan digugurkan kesalahan-kesalahanya sebagaimana sebatang pohon menggugurkan daun daunnya. Hadist ini diriwayatkan oleh imam Bukhary dan Muslim dengan sanad yang shahih.
Jadi berdasarkan penjelasan hadist tadi maka, setiap penderitaan hidup, kesulitan, kesengsaraan, kemiskinan akan menggugurkan dosa-dosa kita.
2. Pahala yang besar, tanpa harus berbuat, tanpa harus beramal, cukup dengan bersabar menerima penderitaan ini, maka pahala mengalir dengan jumlah yang tidak terkira.
Allah berfirman, dalam surat Az-Zumar ayat 10 yanga artinya:
Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.
Terlebih musibah tersebut berupa kehilangan kedua matanya yang sangat dicintai.
Dalam hadist qudsi Allah berkata:
Kalau Aku menguji seorang hamba dengan kedua matanya, (maksudnya dibutakan) lalu dia bersabar maka aku ganti kedua mata tersebut dengan surga.
Jadi ternyata selain dosa gugur, pahala juga nambah. hal itu diberikan jika seseorang menderita, yang hal ini tidak diberikan kepada orang yang senang.
3. Doa makbul.
Ketika menderita kita berdoa, jangankan orang mukmin, orang kafirpun akan dikabulkan doanya oleh Allah.
Dalam Al Quran disebutkan ketika orang-orang musyrik berlayar di lautan dan diombang ambingkan oleh gelombang, dalam keadaan seperti itu mereka berdoa kepada Allah dengan memurnikan doa tersebut hanya kepada Allah. dan ketika Kami selamatkan mereka kembali ke darat, tiba2 mereka musyrik lagi.
Ayat ini menunjukkan bahwa doa orang musyrik ketika ditimpa musibah akan dikabulkan, apalagi orang muslim.
Dalam hadist Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam disebutkan: Doa orang yang didholimi, dianiaya itu makbul meskipun orang tersebut banyak dosa.
Dalam hadist lain juga disebutkan bahwa: Takutlah kamu kepada doanya orang-orang yang didholimi karena tidak ada penghalang antara dia dan Allah ‘Azza wa Jalla meskipun dia orang kafir.
Ternyata dari keterangan-keterangan tadi kita ketahui bahwa orang yang sedang menderita doanya dikabulkan oleh Allah
Berdasarkan hal-hal tersebut kita mengetahui keuntungan yang dialami oleh orang yang menderita, dosa diampuni, pahala nambah dan doa makbul
4. Penderitaan merupakan bukti Allah mencintai orang itu
Dalam hadist hasan berikut yang diriwayatkan oleh At Tirmidzi disebutkan: Sesungguhnya besarnya pahala sebanding dengan besarnya ujian. Semakin besar ujian, semakin besar pahala. Dan sesungguhnya jika Allah mencintai seseorang maka Allah akan memberikan ujian kepada hamba tersebut. siapa yang ridho dengan ujian tersebut maka Allah akan ridho kepadanya dan siapa yang marah, murka dan kecewa dengan ujian tersebt maka Allah akan marah kepada orang tersebut.
Hadist ke 2 riwayat imam Bukhary.
Siapa orang yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memberikan musibah kepada orang tersebut.
Jadi musibah tersebut merupakan tanda bahwa Allah akan memberikan kebaikan kepada orang yang menerima musibah tersebut.
Hadist dari imam Ahmad,
Orang yang paling hebat ujiannya adalah para nabi, kemudian orang orang sholeh, kemudian orang-orang dibawah itu dan kemudian dibawah itu. Seseorang diuji berdasarkan kadar agamanya, jika agamanya kuat dan mantap maka akan ditambah hebat ujiannya, dan jika agamanya kurang maka kurang pula penderitaanya.
Karena penderitaan itu mengurangi dosa, Allah banyak memberikan penderitaan kepada orang-orang yang dicintainya, dengan penderitaan itu dosa orang-orang tersebut hilang dan menghadap Allah dalam keadaan bersih dari dosa
Oleh karena itu sebelum meninggal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menderita, para sabahat dan para ulama juga menderita waktu sakaratul maut. Banyak orang kafir matinya enak, orang-orang menyatakan bahwa orang tersebut kembali dengan tenang.
Kalau orang kafir tersebut tidak menderita sebelum meninggal berarti dosanya utuh, tidak terhapus sedikitpun. Nanti di alam kubur dan akhirat dibalas dengan tambah dasyat.
Maka kesabaran merupakan sesuatu yang menghasilkan pahala yang besar dan menggugurkan dosa dengan jumlah yang besar sebanding dgn penderitaan yang dialami.
5. Orang yang menderita dan sabar akan memperoleh ma’iyyatullah (penyertaan Allah)
Allah menyertai orang yang sabar. InnAllaha ma’a shobiriin. Penyertaan disini maksudnya adalah menolong, membantu, melindungi, menguatkan, mengokohkan.
Menyertai disini ada 2:
1. Menyertai secara umum, (maiyyah ‘ammah) seperti dalam ayat “wahuwa ma’akum aina ma kuntum”
Menyertai disini artinya melihat, mengawasi, mengetahui, termasuk terhadap orang-orang kafir. Allah juga menyertai orang-orang kafir.
2. Menyertai secara khusus kepada orang-orang sabar, orang-orang beriman. Allah menyertai dengan menolong, membantu, melindungi, menguatkan, mengokohkan (InnaAllaha ma’a shobiriin)
6. Orang yang sabar akan memperoleh sholawat, rahmat dan hidayah dari Allah
Dalam surat Al Baqarah ayat 156 dan 156 yang artinya:
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. (156) Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk (hidayah)
Yang dimaksud sholawat dari Allah kepada seorang hamba maksudnya pujian Allah kepada orang tersebut dihadapan para malaikat. Ini menunjukkan bahwa sabar adalah amalan yang hebat, oleh karena itu dipuji oleh Allah.
Keuntungan kesabaran dalam menerima musibah adalah: gugur dosa, pahala bertambah, doa dikabulkan, dicintai Allah, disertai Allah, mendapatkan sholawat, rahmat, hidayah dan lain-lain
Dan pada hari kiamat kesabaran akan menjadi cahaya yang meneranginya.
Dalam hadist diriwayatkan oleh imam muslim:
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, kebersihan adalah setengah dari keimanan, Alhamdulillah memenuhi timbangam, Subhanallah dan Alhamdulillah dua-duanya akan memenuhi antara langit dan bumi, sholat adalah cahaya, shodaqoh adalah penjelas, sabar yang akan menerangi (dengan cahaya yang terang benderang)
Dalam surat At-Tahrim ayat 8:
“Cahaya-cahaya orang-orang mukmin menerangi di depan dan dibelakang mereka. mereka berkata sempurnakan cahaya-cahaya kami
Dalam kegelapan Akhirat, kesabaran akan menjadi cahaya bagi mereka (orang-orang beriman).
Maka jika ada orang yang selama di dunia senang terus maka dosanya akan utuh, tidak digugurkan, pahala tidak ada tambahan.
Banyak sahabat lebih memilih menderita daripada bahagia. Seorang sahabat pernah berdoa “Ya Allah sakitkan saya seumur hidup, tetapi jangan sampai sakit yang saya alami menghalangi untuk 3 hal: berjama’ahh ke masjid, jihad di jalan Allah dan haji”
Suatu saat Abdullah bin Abbas sedang berkumpul dengan sabahat-sahabatnya.
Dia berkata: Maukah kalian aku tunjukan wanita ahli surga? wanita yang hitam ini dulu datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Wanita tersebut berkata, ya Rosul aku adalah seorang yang mempunyai penyakit epilepsi, pada saat kambuh auratku sering terbuka, tolong doakan aku agar Allah menyembuhkan aku. maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, kalau engkau mau sabar dengan penyakitmu ini, maka engkau akan mendapat surga, tetapi kalau engkau mau, aku akan mendoakanmu untuk sembuh. Wanita tersebut memilih sabar dan meminta didoakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam agar saat penyakitnya kambuh tidak terbuka auratnya.
Hal ini menunjukan bahwa dalam penderitaan ada jaminan surga asalkan bersabar.
Contoh ke -3: Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiallahu’anhu suatu ketika sakit, dijenguk oleh teman-temannya. Mereka berkata,maukah aku panggilkan bagimu seorang thobiib (dokter)?, Abu Bakar menjawab sang thobiib telah melihat aku. Kawan-kawannya bertanya, apakah yang dikatakan thobib tersebut? Abu Bakar menjawab, Thobiib itu mengatakan, Aku maha pelaksana apapun yang Aku kehendaki. (yang dimaksuh thobib oleh abu bakar adalah Allah)
Orang-orang sholih lebih memilih menderita daripada senang. Karena dalam penderitaan banyak sekali keuntungan yang Allah tidak berikan kepada orang yang senang. Asal dengan syarat sabar bagi yang mengalaminya penderitaan tersebut.
Bagaimana manisnya dari sebuah kesabaran dapat kita simak dalam kisah berikut yang dikutip oleh iman adz dzahabi dalam kitab Al kabaair dalam bab nuzuznya seorang istri
Seorang laki-laki sholeh memiliki istri yang tidak sholeh (yang bawel, cerewet, tidak qonaah, tidak sabar, banyak menuntut, mencela, menghina dan berani kepada suami).
Orang laki-laki tersebut mempunyai saudara laki-laki yang tinggal di kota lain yang setiap tahun menjenguknya. Suatu hari saudara tersebut ingin berziarah kepada orang laki-laki tersebut, setelah mengetuk pintu, terdengar suara istri laki-laki tersebut dari dalam pintu yang mencela dan mendoakan kejelekan suaminya. Tiba-tiba dari atas bukit suaminya terlihat membawa kayu bakar diatas punggung seekor singa.
Tahun berikutnya si tamu datang lagi dengan mengetuk pintu. Terdengar dari dalam pintu sambutan dari istri laki-laki tersebut dengan ramah, lembut dan ucapan doa-doa kebaikan untuk suaminya. Si tamu merasa takjub dengan keramah tamahan wanita tersebut. Kemudian datangnya suaminya dari atas bukit dengan menggendong kayu bakar tanpa seekor singa.
Sebelum tamu tersebut pulang dia bertanya kepada laki-laki tersebut. wahai saudaraku, tahun yang lalu ketika aku datang aku mendengar wanita yang buruk lisannya dan banyak mendoakan kejelekan kepadamu dan aku melihat engkau datang dengan kayu bakar dipunggung singa yang singa tersebut tunduk kepadamu dan engkau tunduk kepada istrimu. Dan tahun ini ada sesuatu yang ajaib, aku melihat seorang wanita yang berakhlak mulia tetapi aku melihat engkau datang dengan memikul kayu bakar di punggungmu tanpa seekor singa.
Laki-laki tersebut menjawab, wahai saudaraku, istriku yang buruk akhlaqnya tersebut sudah mati. Dulu aku sangat menderita dengan keburukan akhlak istriku dan aku sabar atasnya lalu Allah menaklukan singa besar untukku seperti yang engkau lihat di tahun yang lalu. kemudian aku menikah lagi dengan seorang wanita yang berakhlak mulia, aku tidak perlu bersabar dengan kejelekan akhlaq istriku yang sekarang, karena itu pula singa yang dulu tunduk kepadaku, sekarang pergi entah kemana sehingga aku harus memikul sendiri kayu bakar dipunggungku tetapi aku berbahagia dengan istriku yang sekarang ini.
Oleh karena itu kesabaran akan berbuah manis di dunia apalagi di akhirat. Inilah penjelasan kiat menjalani problema hidup yaitu sabar yang akan melahirkan banyak kebaikan yang tidak Allah berikan kepada orang yang berbahagia.
——————————————–
Pertanyaan dari peserta kajian
Pertanyaan ke -1
Bagaimana jika ujian dari Allah terus menerus dan begitu beratnya sedangkan diluar sana banyak orang berbahagia dan berkecukupan.
Jawab:
pertama:
Kalau seseorang diberikan cobaan oleh Allah akan mendapatkan banyak keuntungan, dosa gugur, pahala nambah, doa dikabulkan dan seterusnya, seperti penjelasan diatas
kedua:
mengapa orang yang tidak pernah ibadah, Allah berikan banyak kenikmatan. Apakah ini suatu tanda bahwa Allah mencintai mereka?
Kalau kita coba melihat sejarah para raja-raja yang dahulu durhaka seperti Firaun, Namrut, Abraha dst. Mereka sangat berkuasa dan sangat ditakuti, dan Allah berikan kepada mereka kekayaan dan kekuasaan yang berlimpah. Pertanyaannya adalah, mengapa Allah memberikan kepada mereka? hal ini adalah istidraj dari Allah yang maksudnya adalah, Allah memberi kenikmatan, tanpa ridho. Sekedar umpan agar adzabnya bertambah dasyat nanti di akhirat. Sehingga dengan kekayaanya dia bertambah banyak dosanya dan bertambah durhaka. istidroj adalah sebagai ‘hukuman’ yang diberikan sedikit demi sedikit dan tidak diberikan langsung. Allah biarkan orang tersebut tidak disegerakan adzabnya. Tindakan maksiat yang dia lakukan, Allah balas dengan nikmat, dan Allah membuat dia lupa untuk beristighfar, sehingga dia semakin dekat dengan adzab sedikit demi sedikit, selanjutnya Allah berikan semua hukumannya.
Oleh karena itu jangan sampai ada anggapan, sudah sholat, sudah puasa senin kamis, tahajut yang tidak pernah lewat,sudah baca quran dll tetapi miskin terus. Sementara orang-orang kafir tidak pernah sholat tetapi mereka kaya raya. Hal tersebut adalah salah dalam Niat, karena kita melakukan ibadah bukan untuk kaya, tetapi untuk mengharapkan ridho Allah dan selamat dari murka dan adzab Allah di akhirat. Yang kedua, siapa yang ibadah dengan sungguh-sungguh, akan dijamin rizkinya oleh Allah. Asal jangan diniatkan ibadah untuk mendapatkan rizki tersebut. Allah tidak memberikan kekayaan karena ibadah tersebut tidak ikhlas. Jika kita ikhlas karena Allah maka Allah akan mudahkan kita untuk mendapatkan rizki tersebut. Firman Allah dalam surat At-Tholaq ‘Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. (2) Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya’
Jadi ibadah akan berdampak untuk urusan dunia, tetapi ibadah tidak boleh kita niatkan kesana, karena ibadah kita akan tertolak.
Dalam surat Nuh disebutkan: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, (10) niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, (11) dan membanyakkan harta dan anak-anakmu.
Karena istigfar, Allah akan mengampuni di akhirat dan Allah akan memberikan nikmat di dunia. Asalkan istigfarnya benar-benar ikhlas karena Allah.
Jika kita terus menderita, maka yang pertama adalah sabar, kedua banyak berdoa mendekat kepada Allah agar Allah menguatkan kita,memberi kesabaran diatas cobaan tersebut. Maka ketika kita sabar diatas cobaan tersebut pasti ada titik akhir dari penderitaan kita. Setelah titik akhir tersebut terlewati maka Allah akan melimpahkan balasannya di dunia dan akhirat. Allahu ‘alam.
Pertanyaan ke-2:
Jika seseorang diberikan cobaan pada kedua matanya tetapi tidak sampai buta, apakah hal tersebut merupakan ujian?
Jawab:
Ya, hal tersebut adalah ujian dari Allah yang akan menggugurkan dosa dan menambah pahala sebanding dengan penderitaan yang kita alami. Semakin berat penderitaan semakin banyak pahala yang didapat. Yang jelas, berat atau ringan penderitaan, kita diwajibkan untuk sabar.
Pertanyaan ke-3:
Dalam Alquran disebutkan bahwa musibah itu terjadi akibat dari perbuatan manusia itu sendiri. Apakah disyariatkan ketika kita mendapat musibah, kita langsung beristigfar dan mengingat-ingat dosa yang pernah kita lakukan?
Jawab:
Betul, Dalam Alquran disebutkan bahwa musibah itu terjadi karena ulah/dosa-dosa kalian sendiri (secara umum). Oleh karena itu ketika kita terkena musibah, tuntunan syariat setelah sabar adalah interopeksi, mungkin musibah tersebut adalah karena kesalahan kita dan langsung bertaubat. Misalnya ketika orang mengina kita, coba kita interopeksi diri sendiri mengapa orang tersebut marah kepada kita, mungkin karena kesalahan kita yang kita lakukan kepada dia. kemudian kita datang minta maaf kepada orang tersebut. Dengan cara itu, insyaAllah dosa yang kita lakukan akan gugur dan musibah segera berakhir sertahubungan dengan orang lain menjadi baik. Allahu ‘a’lam.
Pertanyaan ke-4
Bagaimana cara sesuai syariat yang harus ditempuh oleh para nakerwan menghadapi masalah diperantauan selama menunggu keputusan untuk dipulangkan ke negara asal. Dan bagaimana hukum wanita bekerja di luar negeri tanpa mahram.
Jawab:
pertama:
Melakukan ikhtiar dari 2 segi. pertama ikhtiar batin yaitu berdoa agar Allah segera memberikan solusi kepada kita. Doa yang diajarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada kita:
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَالْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْبُخْلِ وَالْجُبْنِ وَضَلَعِ الدَّيْنِ وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ
(Alloohumma innii a’uudzubika minal hammi wal hazan, wal ajzi wal kasal, wal bukhli wal jubni wa dhola’id daini wa gholabatir rijaal)
Artinya :
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari keresahan dan kesedihan, kelemahan dan sikap malas, kekikiran dan sikap penakut serta dililit hutang dan dikalahkan lawan.
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari keresahan dan kesedihan, kelemahan dan sikap malas, kekikiran dan sikap penakut serta dililit hutang dan dikalahkan lawan.
Kalau tidak faham atau tidak hafal bisa berdoa dengan bahasa sendiri intinya meminta kepada Allah diberikan jalan keluar dari kesulitan.
Ikhtiar kedua adalah memperbanyak taubat dari dosa dan kesalahan kita. Karena musibah itu terjadi karena dosa dosa kita. Dan Allah menghukum kita karena dosa-dosa tersebut dengan musibah ini. Coba diingat-ingat kembali dosa yang pernah kita lakukan di tanah air ataukah di sini. Mungkin aspek niat dan seterusnya, maka cepatlah bertaubat minta ampun kepada Allah. Tingkatkan ibadah, hadir dalam pengajian, sholat tahajud, puasa senin kamis, membaca Alquran dan seterusnya. Kalau taubat kita diterima, insyaAllah dosa-dosa kita terhapus dan musibah yang Allah berikan segera dicabut.
Mungkin salah satu diantara penyebab Allah memberikan musibah adalah para wanita berpergian jauh tanpa mahram. Haram hukumnya bepergian tanpa mahram berdasarkan hadist Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: Tidaklah halal bagi seorang wanita untuk melakukan perjalanan kecuali dengan mahramnya.
Ikhtiar lahirnya adalah berusaha mencari jalan keluar ke pihak-pihak yang berwenang.
Pertanyaan ke-5
Apakah jika kita sakit, dibolehkan tidak berobat berdasarkan hadist Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang wanita yang berpenyakit epilepsi tadi?
Jawab:
Dalam hadist Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam disebutkan: ‘Berobatlah kalian, karena disetiap penyakit itu ada obatnya. Sebagian ulama seperti Syaikh Utsaimin menjelaskan tentang hadist ini bahwa berobat itu wajib dan siapa yang tidak berobat itu berdosa. Lalu mengapa para sahabat lebih memilih sakit dari pada sembuh?
Tadi dijelaskan bahwa dalam sakit banyak keutungan, tetapi selain itu dalam sakit banyak mudharatnya. Diantaranya tidak produktif, banyak mengeluh juga membebani orang lain. Karena dalam sakit lebih banyak negatifnya oleh karena itu nabi memerintahkan untuk berobat.
Sahabat lebih memilih sakit daripada sehat karena mereka adalah orang-orang yang mempunyai keimanan yg hebat, dia tau semua manfaat dan mudharat dari sakit. Dan dia yakin semua mudharat sakit bisa dibuang dan semua maslahat sakit bisa didapatkan. Oleh karena itu para sahabat meskipun sakit mereka tidak malas, tidak cuma berbaring, tidak mengeluh dan tidak membebani orang. Semua kerugian dan efek negatif dari sakit oleh para sahabat disingkirkan, yang tinggal adalah keuntungan-keuntungan. Maka bagi orang-orang yang kualitas keimanannya seperti para sahabat, maka sakit lebih baik daripada sehat atau boleh baginya tidak berobat jika sakit. Karena dengan sakit dia masih bisa sholat berjamah, jihad dan berhaji. Jadi sakitnya tidak membebaninya sedikitpun.
Adapun orang yang imannya lemah, dengan sedikit sakit dia sholatnya dirumah dan tidak berjamaah di masjid, banyak mengeluh dan membebani orang, maka bagi mereka sakitnya lebih banyak mendatangkan mudharat daripada manfaat. Oleh karena itu lebih baik berobat agar sehat.
Pertanyaan ke-6
Bagaimana hukum jika ada seorang ibu yang punya anak tetapi anaknya dibuang?
Jawab:
Hal tersebut adalah dosa besar. Dalam hadist shahih riwayat imam muslim disebutkan: Cukup seseorang dikatakan berdosa bila dia menyia-nyiakan orang yang berada di bawah tanggung jawabnya.
Yang kedua, bolehkah kita mengadopsi anak yang kita temukan yang kita tidak tau orang tuanya entah kemana. Kita boleh mengurusnya dengan syarat harus kita laporkan keberadaan anak tersebut kepada yang berwenang. Karena yang paling berwenang mengurus anak tersebut adalah negara.
Sumber :
http://catatanmelura.com/2012/11/tuntunan-islam-dalam-menghadapi-cobaan/
Sumber :
http://catatanmelura.com/2012/11/tuntunan-islam-dalam-menghadapi-cobaan/
Jumat, 19 Agustus 2016
Keutamaan Berdagang
Keutamaan Berdagang
Berdagang adalah profesi yang mulia dalam Islam. Buktinya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam sendiri adalah pedagang dan beliau memuji serta mendoakan para pedagang yang jujur.
Rasulullah adalah pedagang
Ketika berusia 25 tahun, beliau pergi berdagang ke negeri Syam dengan membawa modal dari Khadijah radhiallahu’anha yang ketika itu belum menjadi istri beliau. Ibnu Ishaq berkata: “Khadijah binti Khuwailid ketika itu adalah pengusaha wanita yang memiliki banyak harta dan juga kedudukan terhormat. Ia mempekerjakan orang-orang untuk menjalankan usahanya dengan sistem mudharabah (bagi hasil) sehingga para pekerjanya pun mendapat keuntungan. Ketika itu pula, kaum Quraisy dikenal sebagai kaum pedagang. Tatkala Khadijah mendengar tentang Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam (yang ketika itu belum diutus menjadi Rasul, pent.) mengenai kejujuran lisannya, sifat amanahnya dan kemuliaan akhlaknya, maka ia pun mengutus orang untuk menemui Rasulullah. Khadijah menawarkan beliau untuk menjual barang-barangnya ke negeri Syam, didampingi seorang pemuda budaknya Khadijah yang bernama Maisarah. Khadijah pun memberi imbalan istimewa kepada beliau yang tidak diberikan kepada para pedagangnya yang lain. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pun menerima tawaran itu dan lalu berangkat dengan barang dagangan Khadijah bersama budaknya yaitu Maisarah sampai ke negeri Syam” (Sirah Ibnu Hisyam, 187 – 188, dinukil dari Ar Rahiqul Makhtum, 1/51)
Para sahabat Nabi adalah pedagang
Mungkin kita semua ingat kisah ‘Abdurrahman bin ‘Auf radhiallahu’anhu, bagaimana kehebatan beliau dalam berdagang,
قدِمَ عبدُ الرحمَنِ بنُ عَوفٍ المدينَةَ، فآخَى النبي صلَّى اللهُ عليه وسلَّم بينَهُ وبينَ سعدِ بنِ الرَّبيعِ الأنْصاريِّ فعرَضَ عليهِ أنْ يُناصِفَهُ أهلَهُ ومالَهُ، فقال: عبدُ الرحمَنِ بارَكَ اللَّهُ لك في أهلِكَ ومالكَ دُلَّني علَى السُّوقِ، فرَبِحَ شَيئًا من أَقِطٍ وسَمْنٍ
“Abdurraman bin Auf ketika datang di Madinah, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam mempersaudarakannya dengan Sa’ad bin Ar Rabi’ Al Anshari. Lalu Sa’ad menawarkan kepada Abdurrahmah wanita untuk dinikahi dan juga harta. Namun Abdurrahman berkata: ‘semoga Allah memberkahi keluargamu dan hartamu, tapi cukup tunjukkan kepadaku dimana letak pasar’. Lalu di sana ia mendapatkan untung berupa aqith dan minyak samin” (HR Al Bukhari 3937)
Dan juga para sahabat Nabi yang lain, banyak yang merupakan pedagang. Abu Bakar radhiallahu’anhu adalah pedagang pakaian. Umar radhiallahu’anhu pernah berdagang gandum dan bahan makanan pokok. ‘Abbas bin Abdil Muthallib radhiallahu’anhu adalah pedagang. Abu Sufyan radhiallahu’anhu berjualan udm (camilan yang dimakan bersama roti). (Dikutip dari Al Bayan Fi Madzhab Asy Syafi’i, 5/10)
Hadits-hadits motivator pedagang
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam seringkali memuji dan memotivasi para pedagang. Diantaranya beliau bersabda:
التاجر الصدوق الأمين مع النبيين والصديقين والشهداء
“Pedagang yang jujur dan terpercaya akan dibangkitkan bersama para Nabi, orang-orang shiddiq dan para syuhada” (HR. Tirmidzi no.1209, ia berkata: “Hadits hasan, aku tidak mengetahui selain lafadz ini”)
عَنْ رَافِعِ بْنِ خَدِيجٍ قَالَ: قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْكَسْبِ أَطْيَبُ؟ قَالَ: «عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُورٍ»
Dari Rafi’ bin Khadij ia berkata, ada yang bertanya kepada Nabi: ‘Wahai Rasulullah, pekerjaan apa yang paling baik?’. Rasulullah menjawab: “Pekerjaan yang dilakukan seseorang dengan tangannya dan juga setiap perdagangan yang mabrur (baik)” (HR. Al Baihaqi dalam Al Kubra 5/263, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 607)
Demikian juga para ulama salaf, banyak diantara mereka yang merupakan para pengusaha dan pedagang. Dengan demikian mereka hidup mulia dan tidak bergantung pada belas kasihan orang. Pernah suatu ketika Sufyan Ats Tsauri sedang sibuk mengurus hartanya. Lalu datanglah seorang penuntut ilmu menanyakan sebuah permasalahan kepadanya, padahal beliau sedang sibuk berjual-beli. Orang tadi pun lalu memaparkan pertanyaannya. Sufyan Ats Tsauri lalu berkata: ‘Wahai anda, tolong diam, karena konsentrasiku sedang tertuju pada dirhamku, dan ia bisa saja hilang (rugi)’. Beliau pun biasa mengatakan,
لو هذه الضيعة لتمندل لي الملوك
“Jika dirham-dirham ini hilang, sungguh para raja akan memanjakan diriku”
Ayyub As Sikhtiani rahimahullah juga berkata:
الزم سوقك فإنك لا تزال كريماً مالم تحتج إلى أحد
“Konsistenlah pada usaha dagangmu, karena engkau akan tetap mulia selama tidak bergantung pada orang lain”
Jangan jadi pedagang durjana
Walau banyak sekali keutamaan menjadi pedagang, namun Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga mewanti-wanti dengan keras para pedagang. Beliau bersabda:
إِنَّ التُّجَّارَ هُمُ الْفُجَّارُ
“Para pedagang adalah tukang maksiat”
mendengar ini, para sahabat kaget dan bertanya: “Wahai Rasulullah, bukankah Allah telah menghalalkan jual-beli?”. Rasulullah menjawab,
بَلَى وَلَكِنَّهُمْ يُحَدِّثُونَ فَيَكْذِبُونَ وَيَحْلِفُونَ فَيَأْثَمُونَ
“Ya, namun mereka sering berdusta dalam berkata, juga sering bersumpah namun sumpahnya palsu”. (HR. Ahmad 3/428, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ahadits Shahihah, 1/707)
Yang beliau maksud adalah para pedagang yang durjana, yang bermaksiat dalam usaha dagangnya. Dalam Al Mu’tashar (1/334), Imam Jamaludin Al Malathi Al Hanafi (wafat 803 H) berkata: “Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menyebut pedagang sebagai tukang maksiat secara mutlak karena demikianlah yang paling banyak terjadi, bukan berarti secara umum mereka demikian. Orang arab biasa memutlakan penyebutan pujian atau celaan kepada sekelompok orang, namun yang dimaksud adalah sebagian saja”.
Semoga bermanfaat dan selamat berdagang.
Sumber :
Jumat, 12 Agustus 2016
Adab Silaturahmi Menurut Islam
Menyambung tali silaturahim merupakan salah satu kewajiban seorang Muslim, sedangkan memutusnya termasuk dosa besar. Silaturahim memiliki keutamaan yang sangat besar, selain di dunia dan juga kelak di akhirat. Allah SWT dan Rasulullah SAW menjanjikan pahala yang sangat besar bagi Muslim yang bersilaturahim.
Orang yang gemar bersilaturahim pun akan mendapatkan manfaat yang tak terhingga dalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah SAW mengungkapkan, orang yang suka dan gemar bersilaturahim akan di luaskan rezekinya dan dipanjangkan usianya.
Nabi SAW bersabda, ‘’Barang siapa yang suka apabila Allah membentangluaskan rezeki banginya dan memanjangkan umurnya, maka hendaklah ia bersilaturahim. (HR Bukhari). Kebenaran hadis itu telah dibuktikan melalui hasil penelitian ilmiah yang dilakukan Dr Rachel Cooper, dari Dewan Penelitian Medis.
Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam British Medical Journal itu menyebutkan bahwa orang yang suka bersalaman dan bersilaturahim lebih panjang usianya. Menyambung tali silaturahim pun sangat diperintahkan kepada setiap umat yang beriman.
Rasulullah SAW bersabda, ‘’…Barang siap yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahim…’’ (HR Bukhari). Nah, agar silaturahim bisa memberi manfaat dunia dan akhirat, maka adab-adabnya perlu diperhatikan.
Apa sajakah adab silaturahim yang harus diperhatikan seorang Muslim? Syekh Abdul Azis bin Fathi as-Sayyid Nada dalam kitab Mausuu’atul Aadaab al-Islamiyah merinci adab-adab silaturahim yang sesuai dengan tuntunan Alquran dan sunah. Berikut adalah adab bersilaturahim:
Niat yang baik dan ikhlas
‘’Allah tak menerima amal kecuali dilakukan dengan ikhlas. Maka wajib bagi siapapun mengikhlaskan niatnya kepada Allah SWt dalam menyambung tali silaturahim. Janganlah, seseorang bersilaturahim dengan tujuan riya,’’ ungkap Syekh Sayyid Nada.
‘’Allah tak menerima amal kecuali dilakukan dengan ikhlas. Maka wajib bagi siapapun mengikhlaskan niatnya kepada Allah SWt dalam menyambung tali silaturahim. Janganlah, seseorang bersilaturahim dengan tujuan riya,’’ ungkap Syekh Sayyid Nada.
Mengharap pahala
Menurut Syekh Sayyid Nada, hendaknya seorang Muslim bersilaturahim untuk menentikan dan mengejar pahala, sebagai mana yang telah Sang Khalik janjikan. Untuk itu, hendaknya seseorang yang bersilaturahim menunggu balasan yang setimpal dari manusia.
Menurut Syekh Sayyid Nada, hendaknya seorang Muslim bersilaturahim untuk menentikan dan mengejar pahala, sebagai mana yang telah Sang Khalik janjikan. Untuk itu, hendaknya seseorang yang bersilaturahim menunggu balasan yang setimpal dari manusia.
Memulai silaturahim dari yang terdekat
‘’Semakin dekat hubungan rahim, maka semakin wajib menyambungnya,’’ ungkap Syekh Sayyid Nada. Perkara ini, kata dia, perlu diperhatikan setiap Muslim dalam menyambung tali silaturahim.
‘’Semakin dekat hubungan rahim, maka semakin wajib menyambungnya,’’ ungkap Syekh Sayyid Nada. Perkara ini, kata dia, perlu diperhatikan setiap Muslim dalam menyambung tali silaturahim.
Mendahulukan silaturahim dengan orang yang paling bertakwa kepada Allah SWT
Semakin bertakwa seorang karib kerabat kepada Allah SWT atau semakin bagus agamanya maka semakin besar pula haknya dan semakin bertambah pahala bersilaturahim dengannya. Meski begitu, kata Syekh Sayyid nada, silaturahim juga dianjurkan kepada karib kerabat yang kafir dan tidak saleh, dengan tujuan untuk mengajak pada jalan kebenaran.
Semakin bertakwa seorang karib kerabat kepada Allah SWT atau semakin bagus agamanya maka semakin besar pula haknya dan semakin bertambah pahala bersilaturahim dengannya. Meski begitu, kata Syekh Sayyid nada, silaturahim juga dianjurkan kepada karib kerabat yang kafir dan tidak saleh, dengan tujuan untuk mengajak pada jalan kebenaran.
Mempelajari nasab dan mencari-cari kerabat yang bersambung kepada seseorang dari kerabat jauh
Ada sebagian orang, kata Syekh Sayyid Nada, yang merasa cukup bersilaturahim dengan saudara-saudaranya saja, kemudian meninggalkan selain mereka. Ada pula sebagian orang yang bersilaturahim dengan orang yang ia kenal saja, tak begitu peduli terhadap karib kerabat jauhnya. Padahal, mereka sebenarnya juga berhak untuk disambung tali silaturahimnya.
Ada sebagian orang, kata Syekh Sayyid Nada, yang merasa cukup bersilaturahim dengan saudara-saudaranya saja, kemudian meninggalkan selain mereka. Ada pula sebagian orang yang bersilaturahim dengan orang yang ia kenal saja, tak begitu peduli terhadap karib kerabat jauhnya. Padahal, mereka sebenarnya juga berhak untuk disambung tali silaturahimnya.
Nabi SAW bersabda, ‘’Pelajarilah nasab-nasab kalian yang denga itu kalian dapat menyambung tali silaturahim. Sebab, menyambung silaturahim dapat mendatangkan kasih saying dalam keluarga, mendatangkan harta, dan memanjangkan umur.’’ (HR at-Tirmidzi).
Tak henti menyambung silaturahim dengan orang yang memutusnya
Rasulullah menganjurkan agar seorang Muslim tetap berupaya menyambung tali silaturahim dengan karib kerabatnya, walaupun mereka selalu berupaya memutusnya. Menurut Nabi SAW, upaya orang tetap menyambung tali silaturahim akan senantiasa mendapat pertolongan dari Allah SWT.
Rasulullah menganjurkan agar seorang Muslim tetap berupaya menyambung tali silaturahim dengan karib kerabatnya, walaupun mereka selalu berupaya memutusnya. Menurut Nabi SAW, upaya orang tetap menyambung tali silaturahim akan senantiasa mendapat pertolongan dari Allah SWT.
Memulai dengan bersedekah dan berbuat baik kepada kerabat yang membutuhkan
Nabi SAW bersabda, ‘’Sebaik-baiknya sedekah adalah sedekah yang diberikan kepada karib kerabat yang benci.’’ (HR Al-Hakim).
Nabi SAW bersabda, ‘’Sebaik-baiknya sedekah adalah sedekah yang diberikan kepada karib kerabat yang benci.’’ (HR Al-Hakim).
Kedelapan, menahan gangguan terhadap karib kerabat
Seorang Muslim seharusnya tak menyakiti karib kerabatnya, baik dengan perkataan maupun perbuatan, dan menjaga perasaan mereka sebisa mungkin.
Seorang Muslim seharusnya tak menyakiti karib kerabatnya, baik dengan perkataan maupun perbuatan, dan menjaga perasaan mereka sebisa mungkin.
Kesembilan, menumbuhkan rasa gembira pada karib kerabat
Menurut Syekh Sayyid Nada, sebisa mungkin hendaknya seseorang saling mengunjungi satu sama lain, terutama pada hari Id dan pada saat-saat tertentu.
Menurut Syekh Sayyid Nada, sebisa mungkin hendaknya seseorang saling mengunjungi satu sama lain, terutama pada hari Id dan pada saat-saat tertentu.
sumber :
Langganan:
Postingan (Atom)