Rabu, 30 Desember 2015

Nasehat bagi Muslim: 10 Kerusakan dalam Perayaan Tahun Baru

Nasehat bagi Muslim: 10 Kerusakan dalam Perayaan Tahun Baru



Manusia di berbagai negeri sangat antusias menyambut perhelatan yang hanya setahun sekali ini. Hingga walaupun sampai lembur pun, mereka dengan rela dan sabar menunggu pergantian tahun. Namun bagaimanakah pandangan Islam -agama yang hanif- mengenai perayaan tersebut? Apakah mengikuti dan merayakannya diperbolehkan? Simak dalam bahasan singkat berikut.

Sejarah Tahun Baru Masehi
Tahun Baru pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM (sebelum masehi). Tidak lama setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma, ia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ketujuh SM. Dalam mendesain kalender baru ini, Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, seorang ahli astronomi dari Iskandariyah, yang menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir. Satu tahun dalam penanggalan baru itu dihitung sebanyak 365 seperempat hari dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM sehingga tahun 46 SM dimulai pada 1 Januari. Caesar juga memerintahkan agar setiap empat tahun, satu hari ditambahkan kepada bulan Februari, yang secara teoritis bisa menghindari penyimpangan dalam kalender baru ini. Tidak lama sebelum Caesar terbunuh di tahun 44 SM, dia mengubah nama bulan Quintilis dengan namanya, yaitu Julius atau Juli. Kemudian, nama bulan Sextilis diganti dengan nama pengganti Julius Caesar, Kaisar Augustus, menjadi bulan Agustus.[1]
Dari sini kita dapat menyaksikan bahwa perayaan tahun baru dimulai dari orang-orang kafir dan sama sekali bukan dari Islam. Perayaan tahun baru terjadi pada pergantian tahun kalender Gregorian yang sejak dulu telah dirayakan oleh orang-orang kafir.
Secara lebih rinci, berikut adalah beberapa kerusakan yang terjadi seputar perayaan tahun baru masehi.

Kerusakan Pertama: Merayakan Tahun Baru Berarti Merayakan 'Ied (Perayaan) yang Haram
Perlu diketahui bahwa perayaan ('ied) kaum muslimin hanya ada dua yaitu 'Idul Fithri dan 'Idul Adha. Anas bin Malik mengatakan, “Orang-orang Jahiliyah dahulu memiliki dua hari (hari Nairuz dan Mihrojan) di setiap tahun yang mereka senang-senang ketika itu. Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tiba di Madinah, beliau mengatakan, “Dulu kalian memiliki dua hari untuk senang-senang di dalamnya. Sekarang Allah telah menggantikan bagi kalian dua hari yang lebih baik yaitu hari Idul Fithri dan Idul Adha”.”[2]
Syaikh Sholeh Al Fauzan hafizhohullah menjelaskan bahwa perayaan tahun baru itu termasuk merayakan ‘ied (hari raya) yang tidak disyariatkan karena hari raya kaum muslimin hanya ada dua yaitu Idul Fithri dan Idul Adha. Menentukan suatu hari menjadi perayaan (‘ied) adalah bagian dari syari’at (sehingga butuh dalil).[3]

Kerusakan Kedua: Merayakan Tahun Baru Berarti Tasyabbuh (Meniru-niru) Orang Kafir
Merayakan tahun baru termasuk meniru-niru orang kafir. Dan sejak dulu Nabi kitashallallahu 'alaihi wa sallam sudah mewanti-wanti bahwa umat ini memang akan mengikuti jejak orang Persia, Romawi, Yahudi dan Nashrani. Kaum muslimin mengikuti mereka baik dalam berpakaian atau pun berhari raya.
Dari Abu Sa'id Al Khudri, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallambersabda, “Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang penuh lika-liku, pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, Apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?”[4]
Lihatlah apa yang dikatakan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Apa yang beliau katakan benar-benar nyata saat ini. Berbagai model pakaian orang barat diikuti oleh kaum muslimin, sampai pun yang setengah telanjang. Begitu pula berbagai perayaan pun diikuti, termasuk pula perayaan tahun baru ini.
Ingatlah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam secara tegas telah melarang kita meniru-niru orang kafir (tasyabbuh). Beliau bersabda, ”Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka”[5][6]

Kerusakan Ketiga: Merekayasa Amalan yang Tanpa Tuntunan di Malam Tahun Baru
Kita sudah ketahui bahwa perayaan tahun baru ini berasal dari orang kafir dan merupakan tradisi mereka. Namun sayangnya di antara orang-orang jahil ada yang mensyari'atkan amalan-amalan tertentu pada malam pergantian tahun.
Daripada waktu kaum muslimin sia-sia, mending malam tahun baru kita isi dengan dzikir berjama'ah di masjid. Itu tentu lebih manfaat daripada menunggu pergantian tahun tanpa ada manfaatnya”, demikian ungkapan sebagian orang. Ini sungguh aneh. Pensyariatan semacam ini berarti melakukan suatu amalan yang tanpa tuntunan. Perayaan tahun baru sendiri adalah bukan perayaan atau ritual kaum muslimin, lantas kenapa harus disyari'atkan amalan tertentu ketika itu? Apalagi menunggu pergantian tahun pun akan mengakibatkan meninggalkan berbagai kewajiban sebagaimana nanti akan kami utarakan.
Jika ada yang mengatakan, “Daripada menunggu tahun baru diisi dengan hal yang tidak bermanfaat (bermain petasan dan lainnya), mending diisi dengan dzikir. Yang penting kan niat kita baik.” Maka cukup kami sanggah niat baik semacam ini dengan perkataan Ibnu Mas’ud ketika dia melihat orang-orang yang berdzikir, namun tidak sesuai tuntunan Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam. Orang yang melakukan dzikir yang tidak ada tuntunannya ini mengatakan pada Ibnu Mas’ud, ”Demi Allah, wahai Abu ‘Abdurrahman (Ibnu Mas’ud), kami tidaklah menginginkan selain kebaikan.” Ibnu Mas’ud lantas berkata,  “Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan, namun mereka tidak mendapatkannya.”[7]
Jadi dalam melakukan suatu amalan, niat baik semata tidaklah cukup. Kita harus juga mengikuti contoh dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, baru amalan tersebut bisa diterima di sisi Allah.

Kerusakan Keempat: Mengucapkan Selamat Tahun Baru yang Jelas Bukan Ajaran Islam
Komisi Fatwa Saudi Arabia, Al Lajnah Ad Daimah ditanya, “Apakah boleh mengucapkan selamat tahun baru Masehi pada non muslim, atau selamat tahun baru Hijriyah atau selamat Maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam? ” Al Lajnah Ad Daimah menjawab, “Tidak boleh mengucapkan selamat pada perayaan semacam itu karena perayaan tersebut adalah perayaan yang tidak masyru’ (tidak disyari’atkan dalam Islam).”[8]

Kerusakan Kelima: Meninggalkan Shalat Lima Waktu
Betapa banyak kita saksikan, karena begadang semalam suntuk untuk menunggu detik-detik pergantian tahun, bahkan begadang seperti ini diteruskan lagi hingga jam 1, jam 2 malam atau bahkan hingga pagi hari, kebanyakan orang yang begadang seperti ini luput dari shalat Shubuh yang kita sudah sepakat tentang wajibnya. Di antara mereka ada yang tidak mengerjakan shalat Shubuh sama sekali karena sudah kelelahan di pagi hari. Akhirnya, mereka tidur hingga pertengahan siang dan berlalulah kewajiban tadi tanpa ditunaikan sama sekali. Na’udzu billahi min dzalik. Ketahuilah bahwa meninggalkan satu saja dari shalat lima waktu bukanlah perkara sepele. Bahkan meningalkannya para ulama sepakat bahwa itu termasuk dosa besar.[9] Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga mengancam dengan kekafiran bagi orang yang sengaja meninggalkan shalat lima waktu. Buraidah bin Al Hushoib Al Aslamiy berkata, ”Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah shalat. Barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir.”[10]Oleh karenanya, seorang muslim tidak sepantasnya merayakan tahun baru sehingga membuat dirinya terjerumus dalam dosa besar.

Kerusakan Keenam: Begadang Tanpa Ada Hajat
Begadang tanpa ada kepentingan yang syar'i dibenci oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Termasuk di sini adalah menunggu detik-detik pergantian tahun yang tidak ada manfaatnya sama sekali. Diriwayatkan dari Abi Barzah, beliau berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur sebelum shalat 'Isya dan ngobrol-ngobrol setelahnya.”[11]
Ibnu Baththol menjelaskan, “Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak suka begadang setelah shalat 'Isya karena beliau sangat ingin melaksanakan shalat malam dan khawatir jika sampai luput dari shalat shubuh berjama'ah. 'Umar bin Al Khottob sampai-sampai pernah memukul orang yang begadang setelah shalat Isya, beliau mengatakan, “Apakah kalian sekarang begadang di awal malam, nanti di akhir malam tertidur lelap?!”[12] Apalagi dengan begadang ini sampai melalaikan dari sesuatu yang lebih wajib (yaitu shalat Shubuh)?!

Kerusakan Ketujuh: Terjerumus dalam Zina
Jika kita lihat pada tingkah laku muda-mudi saat ini, perayaan tahun baru pada mereka tidaklah lepas dari ikhtilath (campur baur antara pria dan wanita) dan berkholwat (berdua-duan), bahkan mungkin lebih parah dari itu yaitu sampai terjerumus dalam zina dengan kemaluan. Inilah yang sering terjadi di malam tersebut dengan menerjang berbagai larangan Allah dalam bergaul dengan lawan  jenis. Inilah yang terjadi di malam pergantian tahun dan ini riil terjadi di kalangan muda-mudi.

Kerusakan Kedelapan: Mengganggu Kaum Muslimin
Merayakan tahun baru banyak diramaikan dengan suara mercon, petasan, terompet atau suara bising lainnya. Ketahuilah ini semua adalah suatu kemungkaran karena mengganggu muslim lainnya, bahkan sangat mengganggu orang-orang yang butuh istirahat seperti orang yang lagi sakit. Padahal mengganggu muslim lainnya adalah terlarang sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Seorang muslim adalah seseorang yang lisan dan tangannya tidak mengganggu orang lain.”[13]
Ibnu Baththol mengatakan, “Yang dimaksud dengan hadits ini adalah dorongan agar seorang muslim tidak menyakiti kaum muslimin lainnya dengan lisan, tangan dan seluruh bentuk menyakiti lainnya. Al Hasan Al Bashri mengatakan, “Orang yang baik adalah orang yang tidak menyakiti walaupun itu hanya menyakiti seekor semut”.”[14] Perhatikanlah perkataan yang sangat bagus dari Al Hasan Al Basri. Seekor semut yang kecil saja dilarang disakiti, lantas bagaimana dengan manusia yang punya akal dan perasaan disakiti dengan suara bising atau mungkin lebih dari itu?!

Kerusakan Kesembilan: Melakukan Pemborosan yang Meniru Perbuatan Setan
Perayaan malam tahun baru adalah pemborosan besar-besaran hanya dalam waktu satu malam. Jika kita perkirakan setiap orang menghabiskan uang pada malam tahun baru sebesar Rp.10.000 untuk membeli mercon dan segala hal yang memeriahkan perayaan tersebut, lalu yang merayakan tahun baru sekitar 10 juta penduduk Indonesia, maka hitunglah berapa jumlah uang yang dihambur-hamburkan dalam waktu semalam? Itu baru perkiraan setiap orang menghabiskan Rp. 10.000, bagaimana jika lebih dari itu?!  Padahal Allah Ta’ala telah berfirman (yang artinya),  “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’: 26-27).

Kerusakan Kesepuluh: Menyia-nyiakan Waktu yang Begitu Berharga
Merayakan tahun baru termasuk membuang-buang waktu. Padahal waktu sangatlah kita butuhkan untuk hal yang manfaat dan bukan untuk hal yang sia-sia. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberi nasehat mengenai tanda kebaikan Islam seseorang, “Di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat baginya.”[15] Semoga kita merenungkan perkataan Ibnul Qoyyim, “(Ketahuilah bahwa) menyia-nyiakan waktu lebih jelek dari kematian. Menyia-nyiakan waktu akan memutuskanmu (membuatmu lalai) dari Allah dan negeri akhirat. Sedangkan kematian hanyalah memutuskanmu dari dunia dan penghuninya.”[16]

Seharusnya seseorang bersyukur kepada Allah dengan nikmat waktu yang telah Dia berikan. Mensyukuri nikmat waktu bukanlah dengan merayakan tahun baru. Namun mensyukuri nikmat waktu adalah dengan melakukan ketaatan dan ibadah kepada Allah, bukan dengan menerjang larangan Allah. Itulah hakekat syukur yang sebenarnya. Orang-orang yang menyia-nyiakan nikmat waktu seperti inilah yang Allah cela. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan?” (QS. Fathir: 37). Qotadah mengatakan, “Beramallah karena umur yang panjang itu akan sebagai dalil yang bisa menjatuhkanmu. Marilah kita berlindung kepada Allah dari menyia-nyiakan umur yang panjang untuk hal yang sia-sia.”[17]Wallahu walliyut taufiq.
Sumber :
http://rumaysho.com/belajar-islam/jalan-kebenaran/2844-10-kerusakan-dalam-perayaan-tahun-baru-.html

KA'BAH PUSAT BUMI (THE EARTH CENTER)

KA'BAH PUSAT BUMI (THE EARTH CENTER)

قد نرى تقلب وجهك في السماء فلنولينك قبلة ترضاها فول وجهك شطر المسجد الحرام وحيث ما كنتم فولوا وجوهكم شطره وإن الذين أوتوا الكتاب ليعلمون أنه الحق من ربهم وما الله بغافل عما يعملون
Sesungguhnya Kami melihat mukamu menengadah ke langit, maka Kami pasti akan mengubah Anda ke kiblat yang kamu inginkan; gilirannya kemudian wajah Anda ke arah Masjidilharam, dan dimanapun anda berada, mengubah wajah Anda ke arah itu, dan mereka yang telah diberikan Kitab yang paling pasti tahu bahwa itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka, dan Allah sama sekali tidak lengah dari apa yang mereka lakukan.
QS Al Baqarah (2:144)

Ilmu pengetahuan mengatakan bahwa seluruh bumi, sebelum mengambil bentuknya yang sekarang, benar-benar tenggelam dalam air-samudra besar. Allah (SWT) maka menyebabkan gunung berapi meletus di wilayah tertentu (bawah air) dan lava dan magma mulai menyembur keluar dan mereka terus memancar sampai bukit pegunungan muncul. Secara ilmiah diketahui bahwa seluruh bumi itu satu bagian dan kemudian Allah menyebabkan perpecahan mendalam untuk muncul, yang membantu dalam memisahkan potongan-potongan tanah retak terpisah membentuk terkenal tujuh benua.
Ka’bah berada di Negara Arab Saudi, terletak di kota mekah. Mekkah atau Makkah al-Mukarramah (bahasa Arab: مكة المكرمة) atau disingkat dengan Makkah merupakan sebuah kota utama di Arab Saudi.
Kota ini menjadi tujuan utama kaum muslimin dalam menunaikan ibadah haji,[1] Di kota ini terdapat sebuah bangunan utama yang bernama Masjidil Haram dengan Ka’bah di dalamnya. Bangunan Ka’bah ini dijadikan patokan arah kiblat untuk ibadah salat umat Islam di seluruh dunia. Kota ini merupakan kota suci umat Islam dan tempat lahirnya Nabi Muhammad SAW.
Kota Mekkah terletak sekitar 600 km sebelah selatan kota Madinah, kurang lebih 200 km sebelah timur laut kota Jeddah. Kota ini merupakan lembah sempit yang dikelilingi gunung gunung dengan bangunan Ka’bah sebagai pusatnya 21°25′24″N 39°49′24″E.
Mekkah terletak di Ḥidjāz sekitar 72 km. pedalaman dari pelabuhan Laut Merah Jeddah (Ḏjudda [qv]), di lat. 21 ° 27 ‘N. dan panjang. 39 ° 49 ‘E. Sekarang ibukota provinsi (manātiḳ idāriyya) dari Mekah di Su ʿ Udi atau Saudi
Iklim Mekkah digambarkan oleh ahli geografi al-Muḳaddisī sebagai “panas terik, angin mematikan, awan lalat”.
Dengan demikian, pada masa dahulu kota ini rawan banjir bila di musim hujan sebelum akhirnya pemerintah Arab Saudi memperbaiki kota ini dan merenovasi kota ini. Seperti pada umumnya kota kota di wilayah Arab Saudi, kota ini beriklim gurun
Ada 800 cetakan yang berbeda pada Proyek masjid secara keseluruhan disebut untuk memproses 250.000 m2 marmer”pola-pola yang diciptakan oleh seorang master seni dari Carrara.”.
Beberapa over-semua statistik dan informasi lainnya pada struktur baru:
1. Bangunan ini dapat menampung sekitar 300.000 jamaahdiperkirakan dengan pandangan yang jelas dari Ka ʿ ba.
2. Nama-nama gerbang tua penelitian masih menunggugerbang baru kecuali untuk al-Malik Bab baru Su ʿ ud (mungkin kemudian berganti nama Bab al-Malik).
3. Ada enam tangga utama dan tujuh orang anak. Tangga menuju langsung dari jalan memiliki lereng lembut untukmemudahkan peziarah lansia.
4. Ada tujuh menara masjid, 90 m masing-masing. (Themenara tua adalah salah satu fitur yang tidak bertahan, mereka juga nomor tujuh.)
5. Dengan Radjab 182/December 1962, pembongkaran768 rumah dan 928 toko dan toko-toko telah dilakukan terhadap ganti rugi SR 239.615.300.
6. Total biaya ekspansi Masjid diperkirakan sebesar $ 200 juta.
7. Lebar jalan di sekitar masjid baru adalah 30 m, denganplaza besar di depan gerbang utama.
Nabi (saw) Hadis Nabi (saw) mengatakan: “Ka’bah adalah sebidang tanah di atas air, dari mana tanah itu diperpanjang.” Berikut hadits berbicara tentang sebuah bukit di atas air dan dikelilingi oleh air dan dari sebidang tanah bumi itu menyebar dan yang benar-benar dalam perjanjian dengan studi geologi. Diambil perjanjian rekening tersebut, lantai Ka’bah itu harus menjadi tempat tertua di dunia.
Juga Ka’bah adalah pusat bumi karena:
• Lempeng tektonik lempeng bergerak di sekitar Arab yang membawa Ka’bah.
• Dr Kamel Hussein telah membuktikan bahwa Makkah adalah pusat alam semesta.
• Satelit gambar membuktikan bahwa Makkah adalah pusat alam semesta. Pada ketinggian 100 km di atas permukaan bumi, gambar satelit yang ditransmisikan dan ketika pembesar teknologi yang diterapkan pada gambar-gambar, Mekah tampaknya menjadi titik tengah antara tanah terjauh di kolam utara dan tanah di kolam selatan.
Seorang peneliti Amerika, ketika mempelajari pusat radiasi pada permukaan bumi, menemukan bahwa tidak hanya Markka pusat bumi tetapi juga titik pertemuan dari radiasi magnetik alam semesta
Misteri Ka’bah Yang Mengejutkan NASA Misteri Ka’bah Yang Menggegerkan NASA, Amstrong telah membuktikan bahwa kota Mekah adalah pusat dari planet Bumi. Fakta ini telah di diteliti melalui sebuah penelitian Ilmiah. Ketika Neil Amstrong untuk pertama kalinya melakukan perjalanan ke luar angkasa dan mengambil gambar planet Bumi, dia berkata, “Planet Bumi ternyata menggantung di area yang sangat gelap, siapa yang menggantungnya ?.” Para astronot telah menemukan bahwa planet Bumi itu mengeluarkan semacam radiasi, secara resmi mereka mengumumkannya di Internet, tetapi sayang nya 21 hari kemudian website tersebut raib yang sepertinya ada alasan tersembunyi dibalik penghapusan website tersebut. Setelah melakukan penelitian lebih lanjut, ternyata radiasi tersebut berpusat di kota Mekah, tepatnya berasal dari Ka’Bah. Yang mengejutkan adalah radiasi tersebut bersifat infinite ( tidak berujung ), hal ini terbuktikan ketika mereka mengambil foto planet Mars, radiasi tersebut masih berlanjut terus. Para peneliti Muslim mempercayai bahwa radiasi ini memiliki karakteristik dan menghubungkan antara Ka’Bah di planet Bumi dengan Ka’bah di alam akhirat. Di tengah-tengah antara kutub utara dan kutub selatan, ada suatu area yang bernama ‘Zero Magnetism Area’, artinya adalah apabila kita mengeluarkan kompas di area tersebut, maka jarum kompas tersebut tidak akan bergerak sama sekali karena daya tarik yang sama besarnya antara kedua kutub. Itulah sebabnya jika seseorang tinggal di Mekah, maka ia akan hidup lebih lama, lebih sehat, dan tidak banyak dipengaruhi oleh banyak kekuatan gravitasi. Oleh sebab itu lah ketika kita mengelilingi Ka’Bah, maka seakan-akan diri kita di-charged ulang oleh suatu energi misterius dan ini adalah fakta yang telah dibuktikan secara ilmiah. Penelitian lainnya mengungkapkan bahwa batu Hajar Aswad merupakan batu tertua di dunia dan juga bisa mengambang di air. Di sebuah musium di negara Inggris, ada tiga buah potongan batu tersebut ( dari Ka’Bah ) dan pihak musium juga mengatakan bahwa bongkahan batu-batu tersebut bukan berasal dari sistem tata surya kita. Dalam salah satu sabdanya, Rasulullah SAW bersabda : “Hajar Aswad itu diturunkan dari surga, warnanya lebih putih daripada susu, dan dosa-dosa anak cucu Adamlah yang menjadikannya hitam”.
Oleh : Mamduh Budiman. http://mamdoh.staff.unimus.ac.id/
Referensi :
wikipedia.org
Saudi Press Agency “ PRINCE KHALID BIN FAISAL BIN ABDULAZIZ AL SAUD HAS BEEN APPOINTED AS GOVERNOR OF MAKKAH REGION AT THE RANK OF MINISTER.
THE APPOINTMENT CAME IN A ROYAL ORDER ISSUED HERE TODAY BY CUSTODIAN OF THE TWO HOLY MOSQUES KING ABDULLAH BIN ABDULAZIZ” Saudi Arabia
P. Crone, Meccan trade and the rise of Islam , Princeton, forthcoming
Makka – The Modern City”, Encyclopaedia of Islam
W. M. Watt, Muhammad at Mecca , Oxford 1953
” R. Lacey, The kingdom, New York and London 1981

Minggu, 27 Desember 2015

Haji Mabrur. Makna, Ciri dan Cara Mendapatkannya

Haji Mabrur. Makna, Ciri dan Cara Mendapatkannya



Rasulullullah Sallallahu Alaihi wa Sallam bersabda tentang haji mabrur: Artinya; ‘Umrah ke umrah menghapus dosa antara keduanya, dan tidak ada balasan bagi haji mabrur kecuali surga.” (HR. Al-Bukhari 1773, Muslim 1350).
Dan di hadits yang lain yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Rasulullullah Sallallahu Alaihi wa Sallam pernah ditanya tentang amalan apa yang paling utama? Beliau menjawab : ‘Iman kepada Allah dan Rasul-Nya.’ Kemudian beliau ditanya kembali, ‘Setelah itu apa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Jihad fi Sabilillah.’ Kemudian ditanya lagi, ‘Lalu apa lagi? Beliau menjawab, ‘Haji mabrur.’ (HR. Al-Bukhari 1519, Muslim 83).
Makna ‘Haji Mabrur’
Ulama berbeda pendapat dalam memaknai haji mabrur. Sebagian berpendapat bahwa ia adalah amalan haji yang diterima di sisi Allah, dan sebagiannya lagi berpendapat yaitu haji yang buahnya tampak pada pelakunya dengan indikasi keadaannya setelah berhaji jauh lebih baik sebelum ia berhaji. (lihat Fathul Allam oleh Shiddiq Hasan Khan 1/594). Salah seorang Ulama Hadis Al Hafidh Ibn Hajar al’ Asqalani dalam kitab Fathul Baarii, syarah Bukhori Muslim menjelaskan: “Haji mabrur adalah haji yang maqbul yakni haji yang diterima oleh Allah Subhanahu waTa’ala.”
Pendapat lain yang saling menguatkan dijelaskan oleh Imam Nawawi dalam syarah Muslim: “Haji mabrur itu ialah haji yang tidak dikotori oleh dosa, atau haji yang diterima Allah Subhanahu waTa’ala, yang tidak ada riyanya, tidak ada sum’ah tidak rafats dan tidak fusuq.”
Selanjutnya oleh Abu Bakar Jabir al Jazaari dalam kitab, Minhajul Muslimin mengungkapkan bahwa: “Haji mabrur itu ialah haji yang bersih dari segala dosa, penuh dengan amal shaleh dan kebajikan-kebajikan.” Berdasarkan rumusan yang diberikan oleh para Ulama di atas tentang pengertian haji mabrur ini, maka dapat kita simpulkan bahwa haji mambur adalah haji yang dapat disempurnakan segala hukum-hukum berdasarkan perintah Allah dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi waSallam. Sebuah predikat haji yang tidak mendatangkan perasaan riya’ bersih dari dosa senantiasa dibarengi dengan peningkatan amal-amal shalih, tidak ingin disanjung dan tidak melakukan perbuatan keji dan merusak.
Makna di atas saling berdekatan, dan untuk mencapai kemabruran haji tentu tidak dapat terlepas dari makna diatas. Dengan demikian Al-Allamah Al-Munâwi berkata ketika menjelaskan makna ‘haji mabrur’ : ‘Maknanya adalah haji yang diterima, yaitu haji yang tidak tercampur dengan dosa apapun, dan diantara indikasi diterimanya adalah ia kembali melakukan kebaikan yang pernah ia lakukan dan ia tidak kembali melakukan kemaksiyatan.’ (Faidhul Qadîr oleh Al-Allamah Al-Munâwi 3/520)
Syarat-syarat Haji Mabrur
Untuk meraih predikat haji mabrur, maka mesti terkumpul di dalamnya hal-hal berikut:
1. Hendaknya haji yang ia lakukan harus benar-benar ikhlash karena Allah, bahwa motivasinya dalam berhaji tidak lain hanya karena mencari ridha Allah dan bertaqarrub kepada-Nya. Ia berhaji bukan karena riya’ dan sum’ah, dan bukan pula karena ingin di gelar dengan sebutan haji. Ia berhaji semata-mata mencari keridhaan Allah.
2. Haji yang ia lakukan mesti serupa dengan sifat haji Nabi Sallallahu Alaihi wa Sallam. Maksudnya dalam melakukan pro-ses ibadah haji, manusia dengan segenap kemampuannya mengikuti cara yang dicontohkan Nabi Sallallahu Alaihi wa Sallam.
3. Harta yang ia pakai untuk berhaji adalah harta yang mubah bukan yang haram. Bukan diperoleh dari hasil transaksi riba, tipuan, judi dan bentuk-bentuk lainnya yang diharamkan. Tapi, didapat dari usaha halal.
4. Hendaknya ia menjauhi rafats (menge-luarkan perkataan yang menimbulkan birahi/bersetubuh), berbuat fasik, dan berbantah-bantahan. Allah berfirman:
فَمَن فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلاَ رَفَثَ وَلاَ فُسُوقَ وَلاَ جِدَالَ فِي الْحَجِّ
Artinya: ‘Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. (QS. Al-Baqarah 197).
(Lihat Syarh Riyâdus Shâlihin oleh Syaikh Ibnu Utsaimin 3/113).
Tanda Haji Mabrur
Sebenarnya yang mempunyai hak menilai kemabruran haji seseorang hanyalah Allah Ta’ala. Dan sebagai manusia kita hanya bisa menilai mabrur tidaknya haji dari pandangan manusia saja. Ada beberapa tanda haji mabrur menurut para Ulama Islam berdasarkan akan keterangan serta nash Al-Qur’an dan As-Sunnah. Berikut beberapa tanda ciri haji mabrur tersebut :
1. Segala amalan ibadah haji dilakukan dan berdasarkan atas keikhlasan mendapatkan keridhoan Allah Ta’ala dan juga dilaksanakan sesuai dengan tuntunan syariat Islam. Dalam melaksanakan ibadah haji ini kita harus benar-benar meluruskan niatan hati kita ikhlas karena Allah, bukan karena kita naik haji karena gengsi, untuk status sosial atau niat keliru lainnya untuk mendapatkan pandangan masyarakat saja. Inilah salah satu ciri haji yang mabrur.
2. Harta yang digunakan dalam melaksanakan haji tersebut adalah dari hasil harta yang halal. Karena sesuatu yang baik dalam hal apa pun akan menghasilkan hasil yang baik bila hal tersebut juga berasal dari yang baik. Untuk itu bila kita memang menginginkan pergi haji dan melaksanakan ibadah haji maka kita juga harus bisa memastikan harta yang dipakai kita adalah halal agar bisa bisa nantinya mendapatkan haji yang mabrur.
3. Melaksanakan serangkaian ibadah haji yang telah dituntunkan dan ditambah serta dipenuhi dengan amalan-amalan ibadah lainnya yang menyertainya seperti halnya memperbanyak dzikir di Masjidil Haram, memperbanyak sedekah di kala haji dan berkata-kata yang baik. Point pentingnya adalah dengan banyak melakukan kebaikan di dalam melaksanakan haji tersebut. Di antara amalan khusus yang disyariatkan untuk meraih haji mabrur adalah bersedekah dan berkata-kata baik selama haji. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang maksud haji mabrur, maka beliau menjawab :”Memberi makan dan berkata-kata baik.” (HR. Al-Baihaqi 2/413 (no. 10693).
4. Tidak melakukan perbuatan maksiat khususnya dalam melaksanakan ihram. Larangan berbuat maksiat ini memang dalam setiap tindakan kita dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya saat sedang melaksanakan haji, maka meninggalkan perbuatan-perbuatan maksiat adalah salah satu cara dan tips agar haji kita memperoleh kemabruran. Hal-hal yang termasuk dilarang dalam ihram dan haji adalah rafats, fusuq dan berbantah-bantahan selama mengerjakan haji. Pengertian rafats adalah semua bentuk kekejian dan perkara yang tidak berguna. Termasuk di dalamnya bersenggama, bercumbu atau membicarakannya, meskipun dengan pasangan sendiri selama ihram. Fusuq adalah keluar dari ketaatan kepada Allah, apapun bentuknya. Dalilnya adalah salah satunya hadist Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu :”Barang siapa yang haji dan ia tidak rafats dan tidak fusuq, ia akan kembali pada keadaannya saat dilahirkan ibunya.” (HR. Muslim (1350).
5. Kebaikan dan amal sholehnya meningkat setelah selesai melaksanakan ibadah haji dan tiba di tanah air. Salah satu tanda diterimanya amal seseorang di sisi Allah adalah diberikan taufik untuk melakukan kebaikan lagi setelah amalan tersebut. Sebaliknya, jika setelah beramal saleh melakukan perbuatan buruk, maka itu adalah tanda bahwa Allah tidak menerima amalannya. Sama halnya dengan diterima amalan ibadah puasa ramadhan maka bila sebelas bulan berikutnya amalan ibadah kita meningkat maka itu adalah salah satu tanda ibadah puasa Ramadhan kita diterimaNya. Sehingga tentunya kita lebih memahami bahwasannya setelah melaksanakan ibadah haji maka amalan ibadahnya akan semakin baik, banyak bertaubat setelah haji, berubah menjadi lebih baik baik dalam ibadahnya kepada Allah dan juga hubungannya antara sesama manusia, memiliki hati yang lebih lembut dan bersih, ilmu dan amal yang lebih mantap dan benar, kemudian istiqamah di atas kebaikan itu adalah salah satu tanda haji mabrur .
Penekanan : Menjaga Amal
Seperti yang dikatakan oleh Al-Munâwi, diantara indikasi diterimanya amal haji seseorang adalah ia kembali melakukan kebaikan yang pernah dilakukan dan tidak kembali melakukan kemaksiatan. Itu bermakna tugas seorang hamba bukan hanya sekedar beramal shalih saja, tetapi yang lebih berat dari itu adalah menjaga amal itu dari apa saja yang merusak dan menggugurkan-nya, riya’, dapat merusak amal meskipun sangat tersembunyi, dan ini banyak sekali dan tak terhitungkan. Amal yang tidak sesuai sunnah da-pat menggugurkan amal. Merasa berjasa kepada Allah juga dapat merusak amal. Mengganggu sesama makhluk dapat membatalkan amal , dan sengaja menentang dan meremehkan perintah Allah dapat membatalkannya dsb. (Ensiklopedi Islam Al-Kâmil, Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri 865). (dari berbagai sumber)

Sumber : 

Selasa, 22 Desember 2015

12 Peristiwa Besar Menjelang Kelahiran Nabi Muhammad

12 Peristiwa Besar Menjelang Kelahiran Nabi Muhammad

 

 "Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." (QS. al-Azhab: 56), tahun 2015).

Pada Tahun ini kita akan menemukan 2x maulid Nabi, yakni tanggal 3 Januari 2015 (12 Rabiulawal 1436 H) dan 24 Desember 2015 (12 Rabiulawal 1437 H), hal yang sangat jarang terjadi tentunya.
Namun, tahukah  anda  ada beberapa peristiwa yang terjadi menjelang kelahiran Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wassalam? Berikut ini beberapa di antaranya:
1. Pasukan Gajah dan Burung Ababil
 Raja Abraha merasa kesal karena banyaknya orang yang berbondong-bondong mengunjungi kakbah, sehingga dia membangun gereja yang megah untuk menyaingi kakbah. Namun geraja tersebut diabaikan, malah ada yang melemparinya dengan kotoran manusia. Raja Abraha pun merasa marah hingga memutuskan untuk menghancurkan kakbah. Dalam perjalanan, pasukan gajah Raja Abraha yang dipimpin oleh Panglima Abu Rughal diserang oleh burung-burung ababil yang membawa batu-batu panas dan berpijar.
2. Api Majusi Padam
 Sebelum kelahiran Nabi Muhammad saw, masyarakat majusi menyembah api dan menganggap api itu sebagai Tuhan. Api itu tidak pernah padam selama beratus-ratus tahun. Namun saat Nabi Muhammad saw. lahir api itu mati seketika. Para pengikut Majusi berusaha menyalakan apinya, tapi tetap tidak menyala.
3. Jin Tidak Bisa Mencuri Berita
 Sebelum kelahiran Nabi Muhammad saw. para jin leluasa mencuri berita gaib dari langit untuk disampaikan kepada para tukang sihir. Setelah kelahiran Nabi Muhammad saw. jin yang berusaha mencuri dengar berita gaib dari langit akan menjumpai panah api yang akan membunuh mereka.
Ketika mereka dilarang naik ke langit, maka mereka berkumpul pada Iblis alaihilla'nah (raja setan), mereka berkata;
"Dahulu kami bisa naik ke langit, tetapi hari ini kami telah di larang untuk naik"
Iblis menjawab;
"Menyebarlah kalian di muka bumi, dari barat sampai timur, dan perhatikan dengan seksama apa yang sebenarnya telah terjadi!"
Mereka lalu menyebar. Setelah mengeliling bumi dari timur ke barat, sampailah mereka ke kota Mekah. Disana tampak oleh mereka Nabi kita sedang dikelilingi para malaikat, dan memancar cahaya dari dirinya hingga mencuat ke langit, sedangkan para malaikat-malaikat itu saling memberi ucapan selamat satu dengan yang lain.
Kemudian setan-setan itu kembali menghadap Iblis, sambil menceritakan semua apa yang telah mereka saksikan itu.
Maka Iblis pun berteriak dengan suara yang sangat keras;
"Aaaaah, telah keluar “ayatul 'alam” dan rahmat bagi bani Adam, karena itulah kalian telah dicegah untuk naik ke langit, tempat pandangannya dan pandangan umatnya!!"
4. Bintang Besar Bercahaya
 Para ahli kitab (kaum Yahudi dan Nasrani) melihat bintang besar dan bercahaya seperti berlensa tepat di hari kelahiran Muhammad saw., sebelumnya bintang itu tidak pernah terlihat. Di antara mereka ada yang berseru, "Nabi penutup zaman sudah lahir".
Ka'bul Akhbar ra berkata; "Saya telah melihat di dalam Taurat bahwa Allah Ta'ala telah mengabarkan kepada Kaum Musa tentang saat keluarnya Muhammad saw;
“Sesungguhnya bintang tetap yang telah kamu ketahui itu, bila ia bergerak dari tempatnya menandakan bahwa Rasulullah saw telah keluar”
Ketika Rasulullah saw lahir, bintang itu pun bergerak dan pindah dari dari tempat asalnya. Maka orang-orang Yahudi itu semuanya mengetahui bahwa Rasul yang di beritakan Allah itu telah lahir ke dunia, namun mereka merahasiakan di sebabkan kedengkian mereka juga.
5. Salam Burung-Burung
 Saat kelahiran Nabi Muhammad saw., burung-burung indah berterbangan diatas langit mekkah dan berkicau seolah memberi salam sejahtera kepada nabi akhir zaman.
6. Pohon Kurma Kering Kembali Berbuah
 Dalam Injil (kitab suci Nabi Isa a.s.) digambarkan tentang tanda-tanda kelahiran Nabi Muhammad saw.
“Bahwasanya apabila pohon kurma kering mengeluarkan daun-daunan, maka itu menandakan keluarnya Rasulullah ke dunia”
Ketika Rasulullah saw lahir, pohon kurma yang kering dan layu menjadi segar, berdaun dan berbuah. Melihat hal itu, orang-orang Nasrani itu pun mengetahui bahwa Rasul yang di janjikan Allah di dalam kitab Injil itu telah lahir ke dunia. Tetapi hal itu mereka rahasiakan, di sebabkan kedengkian mereka juga.
 Hal itu benar terjadi, namun orang-orang Yahudi menyembunyikannya karena kedengkian mereka kepada Nabi Muhammad saw. yang bukan berasal dari Bani Israil.
7. Mata Air Kering Memancar Kembali
 Di kitab Zabur (kitab suci Nabi Daud a.s.) dikabarkan juga tentang kelahiran Nabi Muhammad saw. "Ketika mata air yang sudah kalian kenal kering dan tiba-tiba memancarkan air dengan derasnya maka pada saat itulah Nabi Muhammad saw. telah lahir ke dunia." Karena kedengkian orang-orang Yahudi juga menyembunyikan tanda-tanda yang mereka ketahui.
8. Berhala Bersujud
 Diriwayatkan bahwa sesungguhnya Abdul Muthalib berkata, "Sewaktu ku berada di dekat kakbah, patung berhala yang ada di dalam kakbah tiba-tiba jatuh tersungkur dari tempatnya dalam bentuk bersujud kepada Allah Ta'ala. Aku juga mendengar suara dari dinding kakbah, 'Nabi terpilih telah lahir yang akan menghancurkan orang-orang kafir, dan membersihkan aku dari beberapa patung berhala, serta memerintahkan untuk menyembah kepada Dzat Yang Merajai Alam ini."
9. Suara dari Kakbah
 Ada suara lain dari kakbah saat Rasulullah saw. lahir. Antara lain berbunyi "Katakanlah telah datang kebenaran (Islam) dan tidak akan memulai kebatilan, juga tidak akan mengembalikan kekufuran."
 10. Aminah Tidak Merasa Letih
Selama mengandung Muhammad saw., Aminah sang ibunda tidak merasa letih akibat kandungannya. Padahal setiap wanita yang hamil selalu merasa letih karena kandungannya.
Imam Ibnu Katsir meriwayatkan dalam kitabnya, Qishashul Anbiyya, bahwa ketika Aminah mengandung Rasulullah SAW, sama sekali ia tidak merasa kesulitan maupun kepayahan sebagaimana wanita umumnya yang mengandung.
Ia juga menyatakan bahwa selama mengandung Rasulullah SAW, dalam mimpinya ia senantiasa didatangi para Nabi-nabi terdahulu, dari sejak bulan pertama, yaitu bulan Rajab hingga kelahirannya di bulan Rabi’ul Awwal.
Bulan ke-1 didatangi oleh Nabi Adam (as) yang berkata kepadanya bahwa anak yang dikandungnya itu akan menjadi pemimpin agama yang besar.
Bulan ke-2 didatangi Nabi Idris (as) yang berkata kepadanya bahwa anak yang dikandungnya itu akan mendapat derajat paling tinggi di sisi Allah.
Bulan ke-3 didatangi Nabi Nuh (as) yang berkata kepadanya bahwa anak yang dikandungnya itu akan memperoleh kemenangan dunia dan akhirat.
Bulan ke-4 didatangi Nabi Ibrahim (as) yang berkata kepadanya bahwa anak yang dikandungnya itu akan memperoleh pangkat dan derajat yang besar di sisi Allah.
Bulan ke-5 didatangi Nabi Ismail (as) yang berkata kepadanya bahwa anak yang dikandungnya itu akan memiliki kehebatan dan mu’jizat yang besar.
Bulan ke-6 didatangi Nabi Musa (as) yang berkata kepadanya bahwa anak yang dikandungnya itu akan memperoleh derajat yang besar di sisi Allah.
Bulan ke-7 didatangi Nabi Daud (as) yang berkata kepadanya bahwa anak yang dikandungnya itu akan memiliki Syafaat dan Telaga Kautsar.
Bulan ke-8 didatangi Nabi Sulaiman (as) yang berkata kepadanya bahwa anak yang dikandungnya itu akan menjadi penutup para Nabi dan Rasul.
Bulan ke-9 didatangi Nabi Isa (as) yang berkata kepadanya bahwa anak yang dikandungnya itu akan membawa Al-Qur’an yang diridhai.
Semua Nabi-nabi yang hadir di mimpi Aminah itu sama-sama berpesan kepadanya bahwa jika telah lahir, namai anak itu dengan nama Muhammad yang artinya Terpuji, karena anak itu akan menjadi makhluk yang paling terpuji di dunia dan akhirat.
Firasat mengenai penamaan Muhammad itu pun terbersit di hati mertuanya, Abdul Muthalib, sehingga ketika Rasulullah SAW lahir, Abdul Muthalib memberinya nama Muhammad. Ketika masyarakat Mekkah bertanya mengapa ia dinamai Muhammad, bukan nama para leluhur-leluhurnya, maka Abdul Muthalib menjawab: “Aku berharap ia akan menjadi orang yang terpuji di dunia dan akhirat.”
 11. Tamu agung penghuni Surga
 Aminah merasakan tanda-tanda akan melahirkan secara tiba-tiba pada malam hari. Pada saat itu mertuanya Abdul Muthalib sedang pergi ke Masjidilharam. Sementara, Abdullah suaminya, sudah meninggal dunia. Kemudian, datang banyak wanita cantik. Ada 2 wanita yang jadi perhatian Aminah, mereka memberi salam dan menyebut dirinya Asiya (istri Raja Fir'aun) dan Maryam (ibu Nabi Isa a.s.).
12. Aminah Tidak Merasa Sakit
 Aminah tidak merasa sakit layaknya wanita yang melahirkan. Padahal saat itu belum ada obat bius sehingga melahirkan benar-benar secara alami.
Begitulah, kisah-kisah istimewa dan ajaib yang melingkupi peristiwa menjelang sampai kelahiran Muhammad saw. Sungguh semua itu adalah bukti bahwa Rasulullah saw. adalah manusia pilihan, utusan yang jadi penghulu para nabi dan sebaik-baik manusia.


Sumber :
nnida-online.com/12-peristiwa-besar-menjelang-kelahiran-nabi-muhammad.html 
www.farnaztour.com

Kamis, 17 Desember 2015

Keindahan Agama Islam

Keindahan Agama Islam

Agama Islam mempunyai keindahan-keindahan yang justru kebanyakan kaum muslimin tidak menyadarinya. Keindahan-keindahan tersebut meliputi seluruh syariat Islam yang kini semakin terungkap dan mulai diketahui faidahnya.
Sangat banyak sekali keindahan-keindahan Islam yang sekiranya kita mau memikirkannya, niscaya kita tidak akan sanggup untuk mengupasnya lebih dalam.
Contoh kecil saja syariat Islam yang dicela kaum kafir bahkan umat Islam sendiri adalah adanya pembatas antara kaum wanita dan laki-laki. Padahal pada larangan bercampur-baur tanpa batas antara keduanya, terdapat manfaat yang banyak dan dapat menjauhkan dari bahaya yang sangat besar.
Pernah diceritakan oleh seorang pria non-muslim, bahwasanya ia diminta tinggal di rumah orang muslim. Pada awalnya, orang non-muslim ini phobia terhadap orang Islam dan sangat membencinya. Hingga suatu ketika ia melihat pemilik rumah sedang sendirian dan hendak diajak untuk mengobrol. Sang pemilik yang merupakan seorang wanita, tentu saja menolak ajakan orang non-muslim ini, dan mengajarkan bahwa dalam aturan Islam tidak diperbolehkan seorang laki-laki dan wanita yang bukan mahromnya untuk berdua-duaan tanpa ada orang ketiga. Pada awalnya, ia merasa ini adalah aturan yang gila, namun setelah dipikirkannya ia sadar, bahwa dengan aturan yang sederhana ini dapat menghindarkan seseorang dari perzinaan, perkosaan, aborsi, dan lain sebagainya.
Ini adalah contoh kecil dari keindahan Islam yang hendaknya seorang muslim bangga untuk menampakkan keislamannya di hadapan orang lain. Tidak ada rasa malu untuk menunjukkan keislamannya, karena agama yang dianutnya adalah agama yang benar dan diridhoi oleh Allah Ta’ala
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya agama (yang diridhoi) di sisi Allah adalah Islam.” (QS. Ali ‘Imran : 19)
Dan barang siapa mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi” (QS. Ali ‘Imran : 85)
Berikut ini diantara keindahan syariat Islam yang agung lainnya :
    1. Agama Islam adalah agama tauhid
Islam selalu mengajarkan untuk bertauhid kepada Allah, baik dalam keimanan akan penciptaan alam semesta dan segala bentuk peribadatan, harus ditujukan kepada Allah Ta’ala semata. Bahkan sebuah doa pun tidak boleh ditujukan kepada selain Allah Ta’ala.
Rasulullah bersabda ”Doa adalah ibadah.” (HR. Tirmidzi). Setiap bentuk ibadah tidak boleh ditujukan kecuali hanya kepada Allah semata. Allah befirman (yang artinya), ”Katakanlah : ’Hai orang-orang yang tidak beriman, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.” (QS. Al Kaafirun : 1 – 2)

Dengan hal ini, maka umat Islam dituntut untuk mengesakan Allah Ta’ala denganmempersembahkan segala bentuk peribadatan hanya kepada Allah saja, tidak kepada selain-Nya. Bayangkan jika apa yang disebut Tuhan itu lebih dari satu? Tentu umat manusia tidak akan fokus di dalam beribadah.

Allah berfiman (yang artinya), ”Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)” (QS. Al Baqarah : 165)

    1. Kemenangan, kesuksesan dan kemuliaan hanya terdapat dalam agama Islam.
Hal ini berdasarkan hadits shahih dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah bersabda, ”Sungguh telah beruntung orang yang masuk Islam dan diberi rizki yang cukup. Dan Allah memberikan kepadanya sifat qona’ah (selalu merasa cukup dan puas) atas rizki yang ia terima” (HR. Muslim)

‘Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu berkata, ”Kami adalah suatu kaum yang telah dimuliakan oleh Allah dengan (memeluk) agama Islam. Oleh karena itu, apabila kami mencari kemuliaan dengan selain cara-cara Islam, niscaya Allah akan menghinakan kami.” (Diriwayatkan oleh Al Hakim dalam Al Mustadrak, I/62 dan ia nilai shahih. Adz Dzahabi menyepakatinya).

Hal ini karena dalam Islam ditekankan sikap qona’ah dalam setiap keadaan. Orang Islam adalah orang yang mengerti akan takdir Allah yang baik ataupun tidak, sehingga betapapun kesulitan yang dihadapi ataupun kebahagiaan yang didapatkan tidaklah membuatnya lupa akan tujuan penciptaan dirinya, yakni beribadah hanya kepada Allah Ta’ala. Ketenangan dan kemulian yang didapat tidak lain karena keyakinan akan janji Allah bagi orang yang beriman kepada Nya.

    1. Islam adalah agama pemersatu, bukan pemecah belah
Inti dari ajaran Islam adalah mengesakan Allah Ta’ala sesuai dengan apa yang difirmankan dan diwahyukan kepada Rasul-Nya. Sehingga segala bentuk perpecahan adalah hal yang sangat dibenci oleh Allah Ta’ala, dalam firman-Nya, “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai” (QS. Ali ‘Imran : 103)

Dari hal ini, maksud dari syariat Islam adalah bersatu, besama-sama mentauhidkan Allah Ta’ala. Sehingga segala bentuk perbedaan, baik dalam masalah hukum atau tata cara peribadatan, selama berlandaskan kepada dalil Al Qur’an dan As Sunnah yang shahih dan pemahaman yang benar, hendaknya tidak menimbulkan perpecahan di tengah-tengah kaum muslimin. Karena tujuan dari berislam adalah bersatu untuk bersama-sama beribadah hanya kepada Allah Ta’ala.

    1. Islam adalah agama yang mudah dan jelas
Islam adalah agama yang mudah. Semua syariat Islam dapat dipahami dengan mudah dan jelas.
Allah berfirman (yang artinya), Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu (QS. Al Baqarah : 185)

Allah dan Rasul-Nya telah memberikan bekal bagi kaum muslimin berupa Al Qur’an dan Hadits Nabi, sehingga kunci kebenaran adalah berpedoman dengan 2 sumber tersebut. Segala bentuk pendapat dan argumentasi yang tidak bersumber dari keduanya, maka perlu dipertanyakan kebenarannya.

Agama Islam adalah agama yang logis, segala sesuatu harus sesuai dengan dalil Al Qur’an dan Hadits Nabi. Walaupun akal kita tidak mampu untuk memahami hikmah yang terkandung dibalik perintah dan larangan yang terdapat pada keduanya, kita dituntut untuk tetap mendahulukan Al Qur’an dan Hadits tersebut.

Hal ini sudah menunjukkan akan keindahan Islam kepada kita. Seandainya segala bentuk pendapat diterima dan dijadikan patokan, maka sungguh akan banyak sekali bentuk pemikiran serta pendapat-pendapat yang bermunculan sehingga semakin banyak kerancuan-kerancuan dalam Islam dan sulit dicari mana yang benar.

    1. Islam mengajarkan persamaan dan persaudaraan antar sesama muslim
Agama Islam tidaklah membedakan antara bangsa yang satu dengan yang lainnya, kulit yang satu dengan lainnya, dan bahasa yang satu dengan lainnya. Ketika seseorang mengucapkan syahadat dengan benar dan disertai pemahaman yang shahih, maka saat itu pula mereka adalah saudara kita, tanpa memandang kedudukan, harta, bangsa atau lainnya. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah di antaramu adalah yang paling bertakwa di antaramu.” (QS Al Hujurat : 13).

Ini adalah keindahan Islam yang agung, dimana banyak sekali muncul peperangan disebabkan latar belakang seseorang atau bahkan hanya perbedaan warna kulit semata.

    1. Islam tidak mengenal pengkultusan atau pemujaan kepada seorang pun
Dalam syariat Islam, segala sesuatu ditempatkan sesuai dengan haknya masing-masing. Manusia diperlakukan sebagaimana manusia yang tidak memiliki sifat ketuhanan. Maka Islam tidak mengenal apa yang disebut sebagai pembesar-pembesar agama yang dipuja dan disucikan.

Jangan sampai sebagaimana kaum musyrikin dahulu yang telah menjadikan orang-orang berilmu atau pemuka agama mereka menjadi sesembahan yang mereka sembah sebagaimana perkataan kaum Nuh yang Allah kisahkan dalam Al Qur’an (yang artinya), ” Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwa’, Yaguts, Ya’uq dan Nasr” (QS. Nuh : 23)

Nama-nama itu sebenarnya berasal dari nama-nama orang yang sangat beriman kepada Allah di waktu itu. Namun setelah mereka meninggal, setan membisikkan kepada kaum mereka untuk membuat patung-patung di tempat mereka beribadah dan dinamai dengan nama-nama mereka untuk mengingatkan kaumnya akan kesalehan orang-orang tersebut.

Hal ini sebagaimana pula telah terjadi di zaman kita, dimana seorang pemuka agama yang mempunyai banyak pengikut akhirnya dikultuskan oleh para pengikutnya, bahkan kuburannya dibuat megah untuk menghormati sang pemuka tersebut.
Padahal Islam tidak mengajarkan hal demikian dan tidak ada kedudukan tertinggi di sisi Allah melainkan dilihat dari ketaatan dan ketakwaannya kepada Allah Ta’ala, dan hanya Allah-lah yang mengetahui mana diantara hamba-Nya yang bertakwa.
Uraian di atas hanyalah segelintir dari keindahan Islam yang hendaknya diketahui kaum muslimin, sehingga dapat menambah keimanan dan ketakwaannya kepada Allah Ta’ala.
Adapun gambaran agama Islam yang disebut sebagai teroris, diskriminasi, pembunuhan adalah karena ketidaktahuan mereka akan Islam yang benar dan kurangnya pemahaman yang benar akan Al Qur’an dan Hadits Nabi sehingga menimbulkan kerusakan yang sangat besar.
Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam.

Sumber :
Rian Permana, S.T. (Alumni Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)
Muroja’ah : Ustadz Aris Munandar, M.P.I
http://buletin.muslim.or.id/aqidah/keindahan-agama-islam 

Selasa, 15 Desember 2015

Alasan Mengapa Ka’bah Dibangun di Kota Mekkah

Alasan Mengapa Ka’bah Dibangun di Kota Mekkah



Banyak orang-orang Islam yang percaya bahwa alasan mengapa Ka’bah dibangun di Kota Mekkah adalah karena Mekkah dianggap sebagai pusat bumi, tapi sayangnya tidak pernah ada kejelasan ilmiah mengenai hal ini, dan agak sulit untuk mempertanggung jawabkannya. Tapi kalau begitu, apa sebab Ka’bah dibangun di bumi? Hal itu akan sama-sama kita teliti pada kesempatan kali ini.
Sempat beredar kabar yang mengatakan bahwa alasan Ka’bah ada di Mekkah yaitu karena beberapa ilmuwan di era modern ini telah melakukan penelitian dan menyimpulkan bahwa Mekkah adalah kota yang menjadi pusat bumi. Hal ini berdasarkan pada jarak antara Mekkah dan Kutub Selatan jika kemudian dibagi dengan jarak Kutub Utara maka akan menghasilkan angka 1,618. Angka tersebut juga sering dikenal sebagai “Golden Ratio” atau angka emas. Tidak ada laporan ilmiah yang bisa membuktikan teori ini, tapi sebaliknya juga tidak ada laporan ilmiah untuk menentangnya.

Alasan dibangunnya Ka’bah di Mekkah yang lain memiliki cerita yang sama mengenai bagaimana Mekkah merupakan pusat bumi, tapi kali ini dengan cerita yang berbeda. Kali ini, diceritakan yang membuktikan hal ini adalah Neil Armstrong, dan pembuktian ini terjadi ketika ia dan koleganya melakukan perjalanan dari Bumi menuju bulan untuk pertama kalinya. Dikisahkan bahwa Bumi terlihat tergantung di sebuah daerah angkasa yang amat gelap.

Pada saat itu, para astronot juga melihat bahwa ada radiasi yang muncul dari dalam Bumi. Menurut kisah yang sama, para ilmuwan kemudian melakukan penelitian lebih lanjut mengenai radiasi dari Bumi ini, dan mereka menemukan bahwa radiasi ini berasal dari Ka’bah dan tidak memiliki ujung. Hal inilah yang dipercaya menjadi alasan mengapa Ka’bah dibangun di kota Mekkah. Diberitakan bahwa para astronot sempat mengumumkan tentang hal ini di internet, tapi sayang alamat situs untuk penguman tersebut mendadak hilang seakan ada alasan tertentu akan penghapusannya.

Berita lainnya mengabarkan bahwa sebenarnya Mekkah memang ada di tengah-tengah bumi, hal ini bisa dirujuk melalui satelit dan gambar-gambar geologinya. Karena begitu, sepertinya akan lebih tepat jika Mekkah yang dijadikan rujukan untuk waktu di seluruh dunia dan bukannya Greenwich. Jika hal ini dilakukan, menurut penulis berita tersebut, setiap orang akan lebih mudah untuk mengetahui waktu shalat. Lagi-lagi tidak ada bukti ilmiah yang mampu membantu teori alasan Ka’bah dibangun di Mekkah ini, tapi hal yang sama juga berlaku bahwa tidak ada yang bisa menyanggah hal ini, jadi status kebenarannya masih belum diketahui.

Alasan Mengapa Ka’bah Dibangun di Kota Mekkah Menurut Al-Qur’an
Menurut ayat-ayat yang ada di Al-Qur’an dan melalui berbagai macam hadist, telah disiratkan bahwa Mekkah memang menjadi pusat lapisan langit. Lewat surat Ali Imran ayat 96 dituliskan bahwa rumah pertama yang ada di muka bumi berdiri di Makkah. Bahwa awalnya Ka’bah berdiri di atas buih yang masih keras, dan karena benda itu jugalah yang merupakan benda pertama di bumi. Istilah Ka’bah sendiri merupakan bahasa yang digunakan dalam Al-Qur’an,  berasal dari kata “Umulkura” yang jika diartikan menjadi pusat negara. Selain itu, ada juga hadist yang mengatakan bahwa Ka’bah merupakan salah satu tempat yang ada di tengah-tengah lapisan langit dan bumi, mungkin ini alasan mengapa Ka’bah dibangun di kota Mekkah. Wallahu A'lam

Sumber :

Senin, 14 Desember 2015

Mengapa Kabah Menjadi Kiblat Sholat Umat Islam?

Mengapa Kabah Menjadi Kiblat Sholat Umat Islam?



Hal ini sebenarnya merupakan sejarah yang paling tua di dunia. Bahkan jauh sebelum manusia diciptakan di bumi, Allah swt telah mengutus para malaikat turun ke bumi dan membangun rumah pertama tempat ibadah manusia. Ini sudah dituturukan dalam Al-Quran: Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia . (QS. Ali Imran : 96).
Konon di zaman Nabi Nuh as, ka’bah ini pernah tenggelam dan runtuh bangunannya hingga datang masa Nabi Ibrahim as bersama anak dan istrinya ke lembah gersang tanpa air yang ternyata disitulah pondasi Ka’bah dan bangunannya pernah berdiri. Lalu Allah swt memerintahkan keduanya untuk mendirikan kembali ka’bah di atas bekas pondasinya dahulu. Dan dijadikan Ka’bah itu sebagai tempat ibadah bapak tiga agama dunia. Dan ketika Kami menjadikan rumah itu (ka’bah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i’tikaf, yang ruku’ dan yang sujud”. (QS. ). Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, (QS. Al-Hajj : 27).
Di masa Nabi Muhammad, awalnya perintah shalat itu ke baitul Maqdis di Palestina. Namun Rasulullah saw berusaha untuk tetap shalat menghadap ke Ka’bah. Caranya adalah dengan mengambil posisi di sebelah selatan Ka’bah. Dengan mengahadap ke utara, maka selain menghadap Baitul Maqdis di Palestina, beliau juga tetap menghadap Ka’bah.
Namun ketika beliau dan para shahabat hijrah ke Madinah, maka menghadap ke dua tempat yang berlawanan arah menjadi mustahil. Dan Rasulullah saw sering menengadahkan wajahnya ke langit berharap turunnya wahyu untuk menghadapkan shalat ke Ka’bah. Hingga turunlah ayat berikut :
Sungguh Kami melihat mukamu menengadah ke langit , maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi Al Kitab memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan. (QS. Al-Baqarah : 144).
Jadi di dalam urusan menghadap Ka’bah, umat Islam punya latar belakang sejarah yang panjang.  Ka’bah merupakan bangunan yang pertama kali didirikan di atas bumi untuk dijadikan tempat ibadah manusia pertama. Dan Allah swt telah menetapkan bahwa shalatnya seorang muslim harus menghadap ke Ka’bah sebagai bagian dari aturan baku dalam shalat.
Sumber link :